Membincangkan budaya tak bisa dipisahkan dari manusia sebagai penciptanya. Sebagai pencipta kebudayaan, manusia tidak pernah sendiri. Manusia menciptakan, memelihara dan merubah kebudayaan secara bersama-sama sebagai kesatuan masyarakat. Itu sebabnya, budaya tidak pernah terisolasi menjadi milik orang-perorangan secara pribadi. Budaya selalu dimiliki bersama oleh masyarakat atau komunitas tertentu.
Tema-tema budaya dapat masuk pada semua level unit analisis sosiologi. Teori-teori sosiologi memang biasanya lebih menekankan pada salah satu unit analisa sesuai dengan paradigma dan teori yang dibangunnya. Setidaknya, dari berbagai paradigma dan teori sosiologi yang berkembang, unit analisa yang dikaji dalam sosiologi dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, teori sosiologi yang menfokuskan pada individu dan hubungan antar individu sebagai unit analisanya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Max Weber dengan paradigma definisi sosial dan teori aksinya, serta teori interaksionisme simbolik dengan George Herbert Mead sebagai salah satu tokoh sentralnya. Kedua, teori sosiologi yang menfokuskan pada masyarakat (struktur sosial) sebagai unit analisanya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Karl Marx dengan teori kelasnya dan teori konflik dengan salah satu tokoh sentralnya adalah Dahrendorf. Ketiga, teori sosiologi yang menfokuskan pada budaya (kultur) sebagai unit analisanya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Teori Fungsionalisme Struktural.[1]
Hanya saja, sebetulnya penekanan pada unit analisis apapun, tema-tema kebudayaan tidak pernah dapat dilepaskan. Pada unit analisis hubungan antar individu, budaya akan dipandang sebagai bagian dari semesta simbolik yang dimaknai secara bersama-sama dalam interaksi sosial. Pada unit analisa struktur sosial, budaya akan dipandang sebagai muatan-muatan superstruktur yang menyertai hubungan dalam struktur sosial. Pada unit analisis ketiga, budaya jelas menjadi fokus utama perhatian. Budaya menempati kedudukan sentral sebagai penentu tindakan-tindakan individu.
Apa itu kebudayaan?
Membincangkan budaya adalah membincangkan seluruh kehidupan manusia. Budaya mencakup cara manusia berpikir dan bertindak, serta benda-benda material yang bersama-sama membentuk seluruh kehidupan manusia. Budaya meliputi apa yang kita pikirkan, apa yang kita lakukan dan apa yang kita miliki. Budaya menunjuk pada kaitan dengan masa lalu dan petunjuk untuk masa depan.[2]
Dalam kaitan dengan masa lalu, budaya sebetulnya tak lain adalah keseluruhan warisan sejarah manusia. Budaya merupakan hasil konstruksi manusia dalam sepanjang perjalanan sejarahnya. Budaya menghubungkan setiap masa dalam perjalanan manusia. Budaya juga menghubungkan berbagai etnis, negara, agama, ideologi atau berbedaan apapun yang ada dalam kehidupan manusia menjadi satu kesatuan warisan kemanusiaan
Sebagai petunjuk untuk masa depan, budaya mengejawantah dalam nilai-nilai, norma, ajaran, dan berbagai panduan yang dipakai manusia sebagai way of life. Way of Life inilah yang kemudian membangun masa depan kemanusiaan. Budaya memberi petunjuk mulai dari perilaku manusia sehari-hari, seperti makan dan minum, sampai pada persoalan-persoalan maha penting seperti bagaimana negara diatur atau bagaimana hubungan antar bangsa dan manusia di dunia. Keseluruhan pedoman kultural inilah yang akan melukis wajah manusia di masa depan.
Keseluruhan dunia manusia ini, baik masa depan atau masa lalu, dibangun sendiri oleh manusia. Berbeda dengan dunia binatang yang sudah jadi dan selesai, dunia manusia tidaklah tetap. Ini dunia yang belum jadi dan manusialah yang diminta untuk membangunnya. Manusia terlahir dalam dunia yang telah disediakan untuk dirubah dan dikelola. Tindakan-tindakan yang pada binatang bersifat instingtif, pada manusia dipikirkan ulang, dimaknai dan dirubah. Makan, minum, seksualitas dan reproduksi manusia tidak lagi instingtif, tapi reflektif sehingga terus mengalami pergeseran makna dan perubahan dalam pengekspresiannya dalam kehidupan manusia. Aktifitas makan, oleh manusia, tidak sekedar dimaknai sebagai aktifitas memenuhi kebutuhan primer berupa makanan tapi lebih dari itu juga merupakan bentuk ekspresi kelas sosial. Aktifitas manusia dalam membangun dunianya inilah yang disebut kebudayaan.
Budaya memiliki dua bentuk utama: kebudayaan nonmaterial dan kebudayaan material. Kebudayaan nonmaterial berupa ide-ide yang diciptakan dan dikembangkan oleh anggota masyarakat. Sedang kebudayaan material berupa benda-benda fisik yang dibuat oleh anggota masyarakat.[3]
Melalui budaya, masyarakat dan kelompok-kelompok sosial mendefinisikan dirinya dan mencoba mengembangkan perilaku sesuai dengan nilai-nilai bersama. Cakupan budaya sangat luas, meliputi bahasa, kebiasaan, norma-norma, moral, aturan-aturan, alat-alat, teknologi, produk-produk, organisasi dan institusi.[4] Kita dapat membedakan individu berdasarkan pada perilaku budaya yang dikembangkan, karena masing-masing individu cenderung mengembangkan perilaku yang conform (sesuai) dengan ukuran-ukuran perilaku yang berlaku dalam kebudayaan dimana dia berasal. Beberapa kebudayaan memiliki perilaku khas budaya yang sangat menonjol. Kita dapat dengan mudah membedakan orang Madura, orang Jawa atau orang Batak dari bahasa yang digunakan atau kalaupun bahasa Indonesia yang dipakai tak jarang logat Madura, Jawa dan Batak masih sangat kental tidak sulit dibedakan.
Catatan Kaki
*) Beberapa bagian dari tulisan ini pernah saya tulis juga dalam Muchammad Ismail dkk, Pengantar Sosiologi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 27-42
[1] Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jil. 1 (Jakarta: Gramedia, 1996), 61-62
[2] John J. Macionis, Sociology, (New Jersey: Pearson Education International, 2008), 58.
[3] Ibid.
[4] George D. Zgourides dan Christie S. Zgourides, Sociology (Cliff’s Quick Review), (New York: IDG Books Worldwide, Inc, 2000), 27.
DISCLAIMER
|