Coleman, tidak ragu-ragu untuk berargumen bahwa pendekatan itu beroperasi dari suatu dasar di dalam individualisme metodis dan menggunakan teori pilihan rasional sebagai dasar level mikro untuk penjelasan fenomena-fenomena level makro. Bahkan yang lebih menarik ialah apa yang dirasakan pendekatan Coleman tidak “menyenangkan”.
Karya yang holistik secara metodologis, mengambang pada level sistem tanpa jalan lain menuju para aktor yang menghasilkan sistem itu dengan tindakan-tindakannya .... pandangan akan tindakan sebagai semata-mata ekspresif, pandangan akan tindakan sebagai hal yang irasional dan juga sebagai tindakan yang seluruhnya di sebabkan oleh kekuatan-kekuatan dari luar tanpa inter mediasi maksud atau tujuan. Ia menyisihkan karya empiris yang dilaksanakan secara luas didalam ilmu sosial ketika prilaku individu “dijelaskan dengan faktor-faktor tertentu atau faktor-faktor penentu tanpa model tindakan apapun. (Coleman, 1989: 6).
Tentu hal itu, seperti yang diungkapkan Coleman dalam argumennya diatas, menunjukkan usaha ketat menemukan titik pusat abu-abu diantara dua paradigma besar ilmu sosial, antara paradigma fakta sosial dan definisi sosial, saya tidak ingin berbicara banyak di sini, yang ingin saya sampaikan hanyalah mengenai anomali kedua paradigma tersebut, menampakkan perlunya paradigma baru yang mampu menaungi kedua paradigma tersebut, bukan tidak mungkin permasalaan ini untuk kita atasi bersama, karena terlalu lama sarjana-sarjana ilmu sosial di dilematisir oleh kedua kutub paradigma tersebut, alih-alih usaha dapat terlampiaskan dalam menemukan sebuah konsep baru yang mampu mengintegrasikan antara makrokopik dan mikrokopik ilmu sosial, seperti halnya sebuah teori yang beranggapan bahwa dirinya mampu mengintegrasikan kedua pandangan tersebut, yang malah menjadi tertawaan dalam disiplin ilmu sosial.
Saya tidak sependapat dengan ungkapan Coleman mengenai yang satu ini, “pendekatan itu beroperasi dari suatu dasar di dalam individualisme metodis dan menggunakan teori pilihan rasional sebagai dasar level mikro untuk penjelasan fenomena-fenomena level makro”. Penjelasan level makro membutukkan kopseptualisasi dari abstraksi susunan unit-unit dimasyarakat yang bersifat homogen. pilihan rasional tidaklah bersifat homogen dalan unit-unit(aktor) dalam sebuah masyarakat, meskipun ada kaitan antara pilihan individu dengan strukture, tapi apa yang dijelaskan oleh Coleman mengenai teorinya tidak lebih hanya dalam batas-batas pilihan unit.
Memang dalam batas-batas kolektifitas kesadaran unit, peranan pilihan rasional itu memang ada, dan mewakili sebuah tujuan kelompok dalam masyarakat, namun keberadaan idelisme teori ini masih bersifat abstrak, karena konseptualisasi mengenai “pilihan” dalam wujud makna yang kokoh terdiri dari premis psikis. Oke dalam beberapa hal saya sependapat dengan Coleman mengenai kolektifitas, namun dalam beberapa hal, saya menegaskan bahwa Coleman masih memosisikan teorinya dalam wujud yang abstrak, dan pertautannya dengan kolektifitas dalam masyarakat.
Sebagai pertimbangannya Coleman menyebutkan bahwa pilihan yang mendasari sebuah tujuan meskipun keberadaannya secara naluri atau dari asumsi-asumsi rasionalitas, merupakan bentuk konkrit alasanya menempatkan teorinya pada tautan mikro ke makro.
Coleman berargumen bahwa sosiologi harus berfokus pada sisitem-sistem sosial tetapi fenomena makro demikian harus dijelaskan dengan faktor-faktor yang internal bagi mereka, para individu secara prototipikal.
Nampaknya saya juga sependapat dengan argumen Coleman yang satu ini, bukan tidak mungkin kita mudah saja menjelaskan sistem itu melalui pergerakan unit-unit dalam sebuah struktur tersebut, sebagaimana pergeseran benda dalam ilmu fisika, namun kita harus pula mengkaji tatanan struktur melalui unit-unit yang membeku itu yang merupakan eksistensi masyarakat itu sendiri.
Orientasi pilihan rasional Coleman jelas di dalam ide dasarnya bahwa “orang-orang bertindak secara sengaja ke arah suatu tujuan, dengan tujuan itu (dan dengan tindakan-tindakan itu) di bentuk oleh nilai-nilai atau pilihan-pilihan” (1990b: 13). Tetapi kemudian Coleman (1990b:14) melanjutkan berargumen bahwa untuk sebagian besar maksud teoritis, dia akan membutuhkan suatu konseptualisasi yang saksama mengenai aktor rasional yang berasal dari ekonomi, konseptualisasi yang melihat para aktor memilih tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan manfaat, atau perumusan kebutuhan dan keinginan-keinnginan mereka.
Ada dua unsur utama di dalam teorinya – para aktor dan sumber-sumber daya. Sumber-sumber daya adalah hal-hal yang dikendalikan oleh para aktor dan mereka berkepentingan padanya, karena kedua unsur itu, Coleman merincikan bagaimana interaksi mereka mendorong ke arah level sisitem:
Suatu dasar minimal tindakan sosial adalah dua aktor, yang masing-masing mempunyai kendali atas sumber-sumber daya yang diminati orang lain. Minat masing-masing kepada sumber-sumber daya yang ada di bawah kendali orang lain itulah yang membuat kedua orang itu, sebagai aktor bertujuan, terlibat di dalam tindakan-tindakan yang melihatkan satu sama lain.....suatu sistem tindakan ....struktur itulah, bersama fakta bahwa para aktor bertujuan, masing-masing mempunyai tujuan untuk memaksimalkan perwujudan kepentingan-kepentingannya yang memberi karakter saling bergantunng atau sistemik, bagi tindakan mereka. (Coleman, 1990: 29).
Mekipun begitu, apa yang saya sebut abstrak menurut saya mengenai pedapat Coleman mengenai pertautan mikro-makro teorinya itu, ialah bahwa Coleman tidak pernah sadar bahwa teorinya akan batal jika kita terapkan dalam sistem industri, dimana masing-masing tindakan terkombinasi bukan atas pilihan dan tujuan yang sama, kita bisa membawa pendapat Marx sejenak “bahwa para buruh itu bekerja tanpa tujuan, karena mereka bekerja untuk si pemilik modal, maka kreatifitas mereka dalam menghasilkan produk bukan atas dasar pilihan dan tujuan mereka tapi karena tujuan si pemilik modal, meskipun pemaksaan industrialisasi itu juga sedikit banyak mengkombinasikan tindakan-tindakan mereka”.
Konsep pilihan rasional kiranya lebih terbukti dan tak terbantahkan di level mikro, meskipun kita juga dapat menemukannya dalam level sistem dan kolektifitas pilihan dan tujuan yang sama, namun kita juga akan membuktikan bahwa peranannya dalam sebuah sistem, teori pilihan rasional masih terkesan abstrak, jikalau kita tidak mentautkannya dengan level mikro tindakan individual.
Tapi ada beberapa hal yang patut kita pertanyakan mengenai teori ini , siklus antara mikro ke makro dan makro ke mikro, mungkin sedikit banyak mengilhami teori ini dalam menggagas dirinya sebagai integrasi antara mikrokopik dan makrokopik analisis ilmu sosial, namun sebagian sarjana sosiologi masih menempatkan pemahaman teori pilihan rasional tersebut hanya pada level mikro, karena bisa jadi pertautannya ke level makro kurang dapat di pahami para sarjana sosiologi, itu semua seperti halnya yang saya bilang, bahwa teori tersebut dalam level makro masih terkesan abstrak.
Karena orientasinya kepada tindakan rasional individual, itu berarti bahwa fokus Coleman dari segi isu makro-mikro adalah pertautan makro ke mikro, atau bagaimana kombinasi tindakan-tindakan individual menghasilkan perilaku sistem. Meskipun dia memberi prioritas kepeda isu itu, Coleman juga tertarik pada pertautan makro-ke-mikro, atau bagaimana sistem itu membatasi orientasi para aktor. Akhirnya, dia menunjukkan dengan jelas suatu perhatian pada aspek mikro-makro hubungan itu, atau dampak tindakan individual-individual terhadap tindakan-tindakan individual yang lain.
Meskipun terlihat ada keseimbangan, setidaknya ada tiga kelemahan utama di dalam pendekatan Coleman, pertama, dia memberi prioritas yang terlalu besar kepada isu makro-ke-mikro, dengan cara itu memberi waktu yang sangat sedikit kepada hubungan-hubungan yang lain. Kedua, dia mengabaikan isu mikro-makro. Akhirnya, panah-panah penyebabnya hanya menuju satu arah; dengan kata lain, dia mengabaikan hubungan dialektik di kalangan dan di antara fenomena mikro dan makro.
Menggunakan pendekatan pilihan rasionalnya, Coleman menjelaskan serangkaian fenomena level makro. Pendirian dasarnya ialah bahwa teoritis perlu menjaga konsepsi mereka mengenai aktor konstan dan menghasilkan berbagai gambaran fenomena level makro dari konstanta level mikro itu. Dengan cara itu, perbedaan-perbedaan di dalam fenomena makro dapat dilacak kepada struktur-struktur relasi yang berbeda pada level makro dan bukan kepada varian-varian pada level mikro.
Tentu benar dalam kesalahan ketiga yang sempat dijelaskan di atas, Coleman mengabaikan siklus dua arah panah tersebut, mungkin itulah yang menyebabkan pertautan teorinya ke level makro cenderung abstrak, jikalau Coleman menjelaskannya secara dialektis, bisa saja apa yang dimaksudnya dengan penjelasan pertautan antara mikro-makro dapat terjabarkan dengan mudah, maka seharusnya dia menjelaskan teori pilihann rasional sebagai berikut mikro-makro-mikro, dengan itu akan terlihat memudahkan para sarjana dalam memahami teori tersebut, karena penjelasan siklus tersebut akan menghilangkan unsur premis psikis dalam konsepnya mengenai pilihan rasional,
Konseptualisasinya dari fenomena masyarakat yang abstrak yang didalamnya terdapat pilihan dan tujuan yang sama, hendaknya menimbulkan refitalisasi atas teori ini dan menjelaskannya secara sederhana dalam bentuk siklus pertautan dalam teori tersebut, maka kita akan menjumpai teori dalam bentuk yang berbeda, dalam kegelisahan sosilogi belakangan ini, saya juga mencoba menyusun kerangka dialektis antara mikrokopik dan makrokopik seperti halnya teori Coleman ini namun saya memakai pendekatan yang berbeda, saya menggunakan kacamata sosiologi profetik untuk menjabarkan sebuah konsep seperti apa yang dimaksud Coleman, dalam kemasan dan nama yang berbeda.
Satu contoh pendekatan Coleman untuk membahas fenomena makro ialah kasus perilaku kolektif (Zablocki, 1996). Dia memilih untuk membahas perilaku kolektif karena karakternya yang sering tidak teratur dan tidak stabil dianggap sulit untuk dianalisis dari suatu prespektif pilihan rasional. Akan tetapi, pandangan Coleman ialah bahwa teori pilihan rasional dapat menjelaskan semua tipe fenomena level makro, bukan hanya tipe teratur dan stabil. Apa yang terlibat di dalam pergerakan dari aktor rasional menuju “penggunaan sederhana (dan rasional) kendali atas tindakan-tindakan sesorang terhadap aktor yang lain....dilakukan secara sepihak, bukan sebagai bagian dari pertukaran.
Fenomena level makro lainnya yang diteliti dengan cermat oleh Coleman adalah norma-norma. Sebagian besar sosiolog menganggap norma sebagai hal yang suda ada dan mereka memakai norma untuk menjelaskan perilaku individu, tetapi mereka tidak menjelaskan mengapa dan bagaimana cara terbentuknya norma. Coleman ingin tahu bagaimana, di dalam suatu kelompok aktor-aktor rasional, norma-norma dapat muncul dan di pelihara. Coleman berargumen bahwa norma-norma dan kerugian yang diakibatkan pelanggaran terhadapnya. Orang-orang bersedia menyerahkan suatu kendali atas perilaku mereka, tetapi di dalam proses itu mereka mendapat kendali (melalui norma-norma) atas perilaku orang lain.
Saya sendiri tidak sependapat dengan apa yang di tawarkan Coleman mengenai terbentuknya suatu norma, meskipun benar apa yang diungkapnya bahwa norma dipelihara oleh beberapa gelintir orang, prilaku-prilaku pembebasan misalnya dapat kita jumpai bahwa landasan utama sebuah norma adalah kebenaran, dan bukan keuntungan-keuntungan didalamnya. Norma tidak terbentuk sedemikian rupa, manusia menciptakan norma agar pergerakan unit-unit didalamnya dapat tertata rapi dan terkontrol, tentu sebuah norma merupakan serpian dari kosep “wahyu” yang dijelaskan seorang utusan dari yang sebelumnya wahyu itu berbentuk norma yang abstrak.
Saya akan kembali kepada tiga pilar yang disebutka Kunto, yaitu humanisasi, liberasi dan trasendensi, dalam kerangka sederhana paradigma profetik yang sedang saya tulis dan yang saya jadikan pendekatan penelitian tesis saya kedepannya, bahwa pilar ketiga dari tiga pilar tersebut, yaitu trasendensi, bukanya tidak ada dalam masyarakat, tapi pilar ketiga itu sengaja kita hilangkan sendiri. Maka dalam proses dan fenomena-fenomena sosial, kita tidak menghitunganya secara ekonomi(keuntungan dan kerugian), namun secara trasendensi sebuah perilaku didasari oleh beberapa energi (naluri kehidupan) yang mungkin sulit untuk kita jabarkan dalam pergerakan unit-unit masyarakat tersebut.
Hal yang menarik dari studi Coleman mengenai Norma adalah, apa yang dia sebutkan dengan aktor komporat, dimana beberapa individu digerakan oleh aktor komporat terebut. Di dalam kolektifitas demikian, para aktor tidak dapat bertindak dari segi kepentingan diri tetapi dari harus bertindak di dalam kepentingan kolektifitas. Ada berbagai aturan dan mekanisme untuk pindah dari pilihan individual ke pilihan kolektif.
Sebagai seorang teoritisi pilihan rasional , Coleman mulai dengan individu dan dengan ide bahwa semua hak dan sumberdaya ada pada level tersebut. Kepentingan individu menentukan jalanya peristiwa-pristiwa. Dan tetapi, hal itu tidak benar, khususnya di dalam masyarakat modern, tempat “suatu pecahan besar hak-hak dan sumber daya” (Coleman, 1990b: 531). Di dalam dunia modern para aktor komporat telah dianggap mempunyai kedudukan yang sangat penting. Aktor komporat dapat bertindak menguntungkan atau membahayakan individu. Bagaimana kita menilai aktor komporat berkenaan dengan hal itu? Coleman berpendapat bahwa “hanya dengan memulai secara konseptual dari satu titik tempat semua kedaulatan terletak pada orang-orang individual kita mungkin untuk melihat seberapa baik kepentingan-kepentingan terakhir mereka diwujudkan oleh sistem sosial yang ada. Dalil bahwa orang-orang individual berdaulat memberi jalan tempat sosiologi dapat mengevaluasi keberfungsian sistem-sistem sosial” (1990b: 531-532).
Bagi Coleman perubahan sosial utama adalah kemunculan para aktor komporat untuk menyempurnakan “oknum alamiah” para aktor. Keduanya dapat dianggap sebagai aktor karena mereka “mengendalikan dan berminat pada sumber-sumber daya dan peristiwa-peristiwa, dan mempunyai kecakapan mengambil tindakan-tindakan untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan melalui pengendalian itu (Coleman, 1990: 542).
DISCLAIMER
|