Konsep Pengalaman dan Ekspresi Keagamaan dan Relevansinya dalam Studi Hadits

1. Konsep Pengalaman agama

Pernahkah kalian mendengar kata pengalaman? Berbicara tentang pengalaman berarti berbicara tentang manusia sebagai pelaku sebuah pengalaman keagamaan tersebut. Menurut Joachim Wach “pengalaman keagamaan adalah aspek batiniah dari saling hubungan antara manusia dan fikirannya dengan Tuhan” (Pujiastuti,2017:65). Sama juga halnya dengan pendapat Wilfred Cantwell yang mengatakan bahwa “kemajuan mempelajari agama akan diperoleh jika kita dapat mengesampingkan hakikat agama dan lebih fokus pada proses perkembangannya yang kontemporer” (Wach,1989:39). Pengalaman keagamaan adalah bentuk dari aktivitas manusia untuk menghadap Tuhannya.

Konsep tentang Agama dan Relevansinya terhadap Studi Hadits

Definisi Agama Dalam Sosiologi

Agama merupakan suatu keyakinan yang muncul dari diri setiap individu yang kemudian disepakati bersama sebagai suatu kepercayaan masyarakat. Keyakinan itu muncul karena manusia memerlukan tempat sandaran dalam menjalani segala aktifitas hidupnya. Karena selain merupakan makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk religi. Keyakinan di sini bukanlah semata-mata hanya meyakini tentang keberadaan Tuhan, tapi keyakinan terhadap segala sesuatu. Bahkan orang atheis juga mempunyai keyakinan meskipun tidak meyakini adanya Tuhan.

Konsep Pengalaman dan Ekspresi Keagamaan dalam Ilmu Sosial dan Relevansinya dalam Studi Hadis

Agama adalah perbuatan manusia yang paling mulia dalam kaitannya dengan Tuhan Maha Pencipta, kepada-Nya lah manusia memberikan kepercayaan dan keterikatan yang sesungguhnya (Joachim Wach, 1955). Keagamaan sudah menjadi bagian integral dari kebudayaan manusia sejak beribu ribu tahun yang lalu.

Teori Tindakan dan Relevansinya bagi Studi Hadis

Seseorang atau sekelompok orang berperilaku dan bertindak berdasarkan pemahaman dan pengalaman orang tersebut yang didasarkan berbagai macam alasan yang mereka yakini, seperti mereka bertindak dikarenakan oleh kekecewaan dengan kondisi negara, kekecewaan terhadap aturan yang ada, atau hal-hal yang tidak sependapat dengan pandangannya. Akan tetapi tindakan itu tidak hanya respon terhadap hal yang negatif tetapi juga respon dari hal yang positif yang menghasilkan tindakan positif atau respon dari hal yang negatif yang menghasilkan tindakan positif.

Teori Fenomenologi dan Relevansinya Terhadap Studi Hadis

Satu-satunya yang dapat kita ketahui adalah yang secara langsung dapat diamati dan  dialami. Kehidupan manusia tidak hanya sekedar apa yang tampak saja, namun yang tampak itu memiliki makna atau ada realitas lain dari yang tampak atau bisa di katakan dengan di luar yang tampak (logika transendensi), sehingga dengan begini kita tidak mudah dalam menghukum seseorang.

Hadis dalam Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme simbolik adalah suatu pendekatan yang dibangun atas dasar formasi sosial dari simbol-simbol, makna-makna umum atau makna yang dipahami bersama, dan penggunaannya dalam komunikasi, baik di dalam diri maupun di dalam orientasi self terhadap orang lain dalam berbagai interaksi di antara pelaku-pelaku sosial (Turner 2012, 338).

Setiap tindakan, ucapan, dan sebagainya itu adalah simbol, jadi hampir seluruh kehidupan itu memiliki simbol. Pendapat antropolog mengenai teori simbol di antaranya Erwin Goodenough, bahwa barang dan pola itu sebagai simbol, bisa memiliki makna yang lebih dari makna sebenarnya. Misalnya bendera yang hanya berupa kain bisa memiliki makna yang lebih luas dari sekedar bendera. Dan antropolog lain yaitu John A. Saliba, bahwa simbol adalah sarana untuk menyampaikan pemikiran kita pada orang lain dengan bahasa, ucapan, dll.

Teori Simbol dan Relevansinya bagi Studi Hadis

Islamic SymbolIslamic SymbolManusia memiliki ide, kepercayaan, fikiran, perasaan, kesadaran nilai-nilai, orientasi yang tidak semua itu bisa diungkapkan secara langsung, tidak bisa langsung ditransfer karena itu manusia butuh yang namanya “sarana” referensi. “Sarana” referensi tersebut biasa disebut dengan simbol. Begitupun halnya dalam beragama, ketika manusia beragama pasti dia mengakui adanya sesuatu yang supernatural (sakral) yang itu hanya dapat ia rasakan ketika adanya sesuatu yang menginterpretasikannya sebagai jembatan. Maka di situlah peran simbol dalam agama.

Tentang Kami

Rumah Sosiologi adalah komunitas independen tempat nongkrong para pecinta sosiologi seluruh Indonesia. Jangan lupa follow akun kami untuk mendapat update terbaru:

Ingin berkontribusi?

Hobby nulis? Punya info menarik soal jurnal, ebook, atau apapun yang berkaitan dengan sosiologi? Share donk di sini, daripada ditimbun, ntar basi :D. Baca CARA & PEDOMAN MENULIS.

Cari Artikel di Sini