Ernst Bloch: Musik sebagai Dunia Harapan yang Didengar

Ernst Bloch drawn by Reinhard Kleist - Sumber: Helle PankeErnst Bloch drawn by Reinhard Kleist - Sumber: Helle Panke

Karya besar pertama Bloch, The Spirit of Utopia, adalah salah satu buku bersejarah dari awal abad abad ke-20. Dalam gaya berpikirnya, Bloch menggabungkan antara Marxis dan Ekspresionis. Analisis Bloch, yang kemudian diiikuti oleh Georg Simmel, yang mengambil idenya dari Hegel dan Schopenhauer, untuk dasar pemikiran metafisika musiknya, secara konsisten tetap menafsirkan warisan budaya dalam terang Marxisme tertentu. Spirit of Utopia adalah upaya unik untuk memikirkan kembali sejarah peradaban Barat sebagai proses gangguan revolusioner dan untuk membaca kembali. karya seni, agama, dan filosofi tradisi ini sebagai insentif untuk terus mengganggu.

Max Weber: Rasionalisasi dan Sosiologi Musik

Persepsi Max Weber, salah satu sosiolog terbesar pada abad ke-20, tentang musik sangat jarang dikupas. Ada satu buku Weber yang mengupas tentang musik, Die Rationalen und Soziologischen Grundlagen der Musik (1921). Buku ini merupakan kumpulan tulisan, teridiri dari 7 artikel. Meskipun sudah lebih dari seperempat abad sejak Esai Max Weber muncul (pertamakali diterbitkan pada tahun 1921), minat pada Weber dan sosiologi musik terus berkembang. Menurut Weber, dalam stereotip generasi yang lebih tua, musik milik di antara kegiatan spiritual, di dalam dunia yang berpikir dalam hal kontras antara: yang suci dan sekuler, spiritual dan material, terminologi ini secara langsung tepat. Karena dalam musik (dan seni lainnya) aktivitas manusia mengasumsikan sifat intensitas tanpa tujuan praktis, disiplin tanpa pembatasan yang diberlakukan secara eksternal.

Kelulusan dan Kecemasan: Heidegger untuk Fresh Graduate

Kelulusan & Kecemasan - Sumber: lokadata.idKelulusan & Kecemasan - Sumber: lokadata.idKita hidup diatas kesadaran dan keterarahan pada sesuatu, apa yang kita lakukan di masa lalu terarah pada kehidupan saat ini, dan apa yang kita lakukan di masa kini, terarah pada kehidupan yang akan datang. Begitu pula dengan status kita sebagai mahasiswa, keputusan kita untuk menempuh dunia perkuliahan menyingkap upaya keterarahan kita pada masa depan yang hendak dicapai. Lulus di waktu yang tepat barangkali jadi salah satu hal yang hendak dicapai oleh kita sebagai mahasiswa. Beberapa bulan yang lalu, setelah hampir 4 jam mendekam dalam kamar dan duduk manis di depan layar laptop, kalimat “selamat anda dinyatakan lulus” dari ketua dosen penguji mengantarkan saya pada kesadaran bahwa apa yang selama ini saya dan para mahasiswa lain upayakan akhirnya telah terwujud, lulus adalah salah satu cara paling rasional untuk lepas dari beban perkuliahan. Rasa syukur dan lega jadi hal yang saya rasakan disatu dua bulan pasca peristiwa itu, selepasnya hampa, gelisah dan kecemasan mulai menggentayangi. Cemas pada banyak hal, terutama masa depan. Setelah ini mau kemana, berbuat apa, dan untuk apa?. Akhirnya, tulisan inipun saya tulis diatas rasa kecemasan ini.

Untuk Menghindari Zina Tidak Harus dengan Menikah di Usia Muda

Emansipasi wanita bisa dipahami sebagai pembebasan terhadap hak-hak wanita di mana sesungguhnya tidak ada batasan peran bagi perempuan dalam kehidupan masyarakat. Namun pada realitanya perempuan masih dianggap sebagai makhluk sosial yang memiliki peran yang terbatas terlebih pada persoalan-persoalan publik misalnya menjadi wanita karir sampai menjadi pejabat publik (pimpinan). Kesenjangan-kesenjangan demikian mengakibatkan langgengnya “kurungan” bagi hak perempuan

Pengaruh Tren Demografi terhadap Pendidikan

Demografi dapat mempengaruhi segala aspek. Salah satunya dalam aspek Pendidikan. Demografi dan Pendidikan memiliki hubungan yang saling berkaitan dan saling berpengaruh. Pendidikan dapat didesain dengan mempertimbangkan demografi. Demografi dapat berubah dengan adanya factor perbedaan Pendidikan di suatu wilayah dengan wilayah lainya. Informasi tentang demografi sangat diperlukan untuk membuat perencanaan Pendidikan agar tercipta Pendidikan yang tepat dan memiliki daya guna.

Membaca Budaya Populer: Film “They Live” dan Representasi Kritik Ideologi

They Live - Sumber. efichaliko.comThey Live - Sumber. efichaliko.com

Tulisan ini membedah bagaimana kritik ideologi dapat direpresentasikan secara baik melalui sebuah film dari Negeri Paman Sam berjudul They Live yang pertama kali dirilis pada tahun 1988. Film ini mengisahkan George Nada yang berjuang untuk melepaskan dirinya (dan mungkin juga seluruh umat manusia) dari dominasi alien berwujud manusia yang telah menginvasi bumi. Hal yang paling menarik dari film ini sejatinya terletak pada bagaimana George Nada berhasil mengungkap serangkaian dominasi yang dilakukan secara halus oleh para alien tersebut.

Pengentasan Kemiskinan

kemiskinan2kemiskinan2Fenomena kemiskinan bukan merupakan isu baru melainkan isu abadi sepanjang zaman, kasus yang selalu menarik untuk dikaji, terlebih lagi fenomena kemiskinan masih menjadi momok di tengah tengah masyarakat, tak hanya itu fenomena kemiskinan dalam berbagai tampilan telah memberikan dampak yang cukup begitu besar tak hanya berdampak pada individu, keluarga, sosial tetapi juga memberikan dampak juga pada negara, berbagai upaya untuk menanggulangi fenomena kemiskinan sudah banyak di upayakan oleh pemerintah serta para jajarannya, selain itu sangat keterlaluan jika masih ada fenomena kemiskinan di tengah-tengah kita di negara kita negara Indonesia kenapa karena Indonesia itu sebenarnya negara yang kaya negara yang kaya akan sumber daya alamnya, sumber daya manusianya, fenomena kemiskinan juga merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya negara serta pemerintah tapi juga masyarakatnya harus ikut serta dalam upaya pengentasan fenomena kemiskinan.

Agama Kota

Sebagaimana karakteristik masyarakat urban, relijiusitas di kalangan kaum urban juga manampakkan ciri khas perkotaan, seperti orientasi pada sisi pratktis dan efisien seperti terlihat pada fenomena belajar agama melalui media sosial. Selain itu, persoalan literasi keagamaan juga kerap menjadi problem tersendiri bagi masyarakat kota. 

Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan

Masalah kemiskinan terus menjadi problema di berbagai Negara berkembang. Indonesia salah satu Negara berkembang yang selalu mempunyai persoalan kemiskinan yang hingga saat ini tidak kunjung selesai. Kemiskinan telah menjadi permasalahan yang cukup besar  dimana jutaan anak di Indonesia tidak dapat menempuh pendidikan yang berkualitas. Namun kemiskinan juga memiliki berbagai fungsi dalam struktur social masyarakat. Kemiskinan merupakan realitas social yang memiliki fungsi ekonomi, social budaya, politik dan lingkungan.

Kemiskinan dan Krisis Keagamaan Masyarakat Pinggiran Kota

Berbicara menyoal permasalahan kota pasti tidak akan ada habisnya. Dari sisi ekonomi, lingkungan sampai pada lini terdalam yakni menyangkut sosial kemasyarakatan. Persoalan kemiskinan di kota tak ubahnya sebuah bumerang bagi kota itu sendiri. Anggapan orang bahwa kota adalah tujuan utama mencapai sebuah kesuksesan itu tidak seratus persen dibenarkan. Pada realitasnya justru berbanding terbalik. Orang yang tidak memiliki cukup keterampilan, akan terpinggirkan begitu saja. Bahkan ada istilah “hidup di kota  keras”. Istilah-istilah semacam ini memang terasa bagi mereka yang tidak tahan akan permasalahan kota yang rumit.

Tentang Kami

Rumah Sosiologi adalah komunitas independen tempat nongkrong para pecinta sosiologi seluruh Indonesia. Jangan lupa follow akun kami untuk mendapat update terbaru:

Ingin berkontribusi?

Hobby nulis? Punya info menarik soal jurnal, ebook, atau apapun yang berkaitan dengan sosiologi? Share donk di sini, daripada ditimbun, ntar basi :D. Baca CARA & PEDOMAN MENULIS.

Cari Artikel di Sini