Coronavirus atau biasa dikenal dengan covid-19, penyakit ini telah menyebar di berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri, (saat tulisan ini dibuat) kasus covid-19 sudah mencapai angka 15 ribu (Catatan redaksi. Update: per tanggal 22 Mei 2020 pkl 20.00 sudah mencapai 20.796 kasus positif covid-19.), itu mengapa pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan dengan menerapkan social distancing dan larangan untuk mudik demi mencegah penularanan virus dan memutus rantai penyebaran. Jutaan orang juga terancam kehilangan pekerjaan mereka di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Penting untuk menjadi bagian dari solusi mengatasi pandemi covid-19 tetapi ada yang lebih penting yaitu membangun kepekaan sosial dan solidaritas sosial di tengah mewabahnya covid-19.
Menurut Emile Durkheim solidaritas sosial adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa percata, kesamaan tujuan dan cita-cita, adanya kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan. Di tengah situasi yang seperti ini semua harus saling membantu dan menyemangati satu sama lain agar masa pandemi covid-19 cepat berakhir. Di sini bukan hanya pemerintah saja yang berperan tetapi selurh elemen masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam mengatasi pandemi ini.
Masyarakat juga sangat berperan penting di sini bukan hanya dengan mematuhi aturan pemerintah tetapi juga memberi semangat ataupun dukungan terhadap pasien yang menderita covid-19, terkadang dalam lingkungan masyarakat sering terjadi stigma terhadap pasien penderita covid-19, mereka terkadang menerima perlakuan diskriminatif dari kaum mayoritas sehingg mereka merasa tertolak oleh lingkungannya sendiri. Bahkan ada yang menolak jenazah pasien covid-19, itu seharusnya tidak terjadi karena pemakaman jenazah covid-19 sudah dilakukan sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku.
Dampak covid-19 juga telah merenggut banyak korban jiwa, bukan hanya pasien, juga paramedis yang berada pada garda terdepan. Bahaya covid telah memaksa seluruh proses bisnis dan kegiatan ekonomi terganggu, baik bisnis skala kecil maupun besar. Dampak paling nyata adalah berkurangnya pendapatan rakyat dan bertambahnya angka kemiskinan baru.
Dampak lainnya adalah munculnya problem sosial, terutama untuk kalangan kelas sosial paling bawah yang rentan terjadinya penurunan penghasilan. Ojek online tidak bisa menjemput penumpang, pedagang kaki lima terpaksa menutup dagangan, dan pekerja informal yang kehilangan peluangnya. Ketidakpastian nasib juga dialami banyak pekerja lepas yang terpaksa harus hidup tanpa pekerjaan, tetapi tidak bisa pulang bersama keluarga.
Tetapi dengan terjadinya wabah covid-19 ini tidak hanya menimbulkan dampak buruk saja, kita bisa melihat sisi positif dengan terjadinya wabah ini yaitu munculnya kegotongroyongan dan solidaritas sosial yang ditunjukkan oleh banyak individu maupun kelompok masyarakat untuk saling membantu antar sesama. Solidaritas sosial tumbuh di individu dan masyarakat sesuai kearifan lokal masing-masing. Dengan solidaritas sosial, masyarakat pada akhirnya rela untuk menaati himbauan pemerintah untuk tetap di rumah dan menyumbangkan sebagian kemampuannya untuk menolong sesama untuk kebaikan bersama.
Tumbuhnya solidaritas sosial di masyarakat ini berhubungan erat dengan karakter yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu memiliki kultur gotong royong yang kuat. Kita bangsa Indonesia patut bersyukur bahwa covid-19 telah mampu memunculkan ikatan sosial antar individu dan solidaritas sosial yang kuat secara sukarela tanpa komando karena masing-masing individu punya relasi sosial yang kuat untuk membantu sesama.
Beberapa solidaritas sosial yang ditunjukkan saat menghadapi pandemi covid-19 antarai lain inisiasi masyarakat untuk melakukan perlindungan diri, baik terkait kesehatan, keamanan dan kenyamanan yang biasanya disebut “lockdown”. Di beberapa daerah di Indonesia telah melakukan lockdown daerah secara masing-masing, di desa-desa misalnya sudah banyak yang menerapkan lockdown mandiri dengan melarang orang yang berasal dari luar untuk masuk ke daerahnya, juga menerapkan aturan untuk lapor kepada ketua RT bila habis melalukan perjalanan ke tempat yang berdampak covid dan melakukan isolasi mandiri di rumah jika habis melakukan perjalanan. Mereka secara bersama-sama juga melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan, membagi masker, hand sanitizer, melakukan kampanye untuk tetap di rumah saja.
Belum lagi gerakan kemanusiaan berbasis sosial ekonomi, mulai dari amal sampai dengan jaminan sosial warga, berupa bantuan makanan, subsidi kelompok rentan, dan kampanye literasi sosial di antaranya peduli sehat dan solidaritas membantu korban. Di Covid-19 ini, membangun solidaritas bukan semata-mata grudukan massal, di bencana kali ini caranya harus tepat. Seperti ajakan yang dilakukan Didi Kempot dan Sobat Ambyar belum lama ini, cara-cara seperti ini mendapat respons yang positif hingga berhasil mengumpulkan donasi sekitar 6,5 miliar. Ini ikon masyarakat kontemporer ketika lagu sebagai salah satu cara membangun solidaritas. Ada juga komika Bintang Emon yang melalui instagramnya memberikan teguran-teguran halus dan ajakan untuk tetapi diam di rumah supaya bisa mengurangi beban para tenaga medis itu juga bisa membuktikan ketika media masa bisa di gunakan sebagai upaya membangun solidaritas sosial.
Solidaritas sosial akibat Covid-19 ini secara spontan terjadi entah itu karena melihat dari televisi dan media sosial lain yang kaitannya dengan perlindungan diri terkait kesehatan. Sejumlah pengusaha dan juga para influencer seperti artis dan youtuber mereka berbondong-bondong untuk mendonasikan dana bantuan untuk membantu penanganan wabah corovid-19. Jadi dari wabah nasional ini kita tidak hanya merasakan dampak buruknya saja tetapi ada juga beberapa dampak positif yang terbentuk di dalamnya.
DISCLAIMER
|