Respon Masyarakat Beragama Menghadapi Pandemi Covid19

“Tetek Molek” yang dipasang warga ds. Sawo Kab. Tulungagung sebagai tolak bala covid-19“Tetek Molek” yang dipasang warga ds. Sawo Kab. Tulungagung sebagai tolak bala covid-19Sebagaimana kita ketahui bersama, akhir-akhir ini negara-negara di dunia sedang mengalami musibah bersama yaitu merebaknya virus Covid-19 yang telah ditetapkan WHO sebagai pandemi, termasuk di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dan juga seluruh masyarakat untuk menjaga diri agar terhindar dari virus mematikan tersebut.

Di antara usaha pemerintah ialah menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan, menghindari kerumunan dan berjaga jarak minimal 1 meter, juga himbauan untuk tetap di rumah saja agar penularan virus tidak semakin meningkat. 

Akibat dari adanya virus ini sangatlah besar contohnya saja masalah perekonomian yang sangat kacau, politik yang semakin tidak jelas bahkan juga dalam konteks Agama. Banyak dari pola praktik beribadah umat beragama yang mayoritas Agama di Indonesia adalah Islam terpaksa harus mengalami perubahan. 

Pada saat bulan suci Ramadhan seperti ini, umat muslim dihimbau untuk tidak melakukan sholat berjamaah atau tarawih di masjid, bahkan sholat jumat pun banyak ditiadakan untuk menghindari kerumunan. Selain itu juga akibat dari karantina wilayah yang dilakukan di berbagai tempat mengharuskan penundaan pemberangkatan haji umat Islam.

Dalam menyikapi pandemi ini Majelis Ulama Indonesia juga telah mengeluarkan Fatwa bernomor 14/2020 yang memberikan penjelasan tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi seperti ini yang beberapa point nya berisi : 

  • Orang yang telah terpapar virus Corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain. Baginya shalat Jumat dapat diganti dengan shalat zuhur di tempat kediaman, karena shalat jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang sehingga berpeluang terjadinya penularan virus secara massal. Baginya haram melakukan aktifitas ibadah sunnah yang membuka peluang terjadinya penularan, seperti jamaah shalat lima waktu/ rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan tabligh akbar.
  • Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat kediaman, serta meninggalkan jamaah shalat lima waktu/rawatib, Tarawih, dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya.
  • Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar virus Corona, seperti tidak kontak fisik langsung (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun.
  • Dalam kondisi penyebaran COVID-19 terkendali, umat Islam wajib menyelenggarakan shalat Jumat.
  • Pemerintah menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam upaya penanggulangan COVID-19 terkait dengan masalah keagamaan dan umat Islam wajib mentaatinya.
  • Umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah, taubat, istighfar, dzikir, membaca Qunut Nazilah di setiap shalat fardhu, memperbanyak shalawat, memperbanyak sedekah, dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan perlindungan dan keselamatan dari musibah dan marabahaya (doa daf’u al-bala’), khususnya dari wabah COVID-19.

Respon masyarakat dalam menyikapi pandemi ini sangat beragam. Di Desa Sawo Kab. Tulungagung, misalnya, beberapa masjid ditutup agar tidak mengadakan kegiatan yang melibatkan banyak orang berdempet-dempet seperti dalam shaf shalat yang mengharuskan untuk dirapatkan guna menghindari penularan virus Covid19. Penerapan ini dilakukan oleh beberapa masjid di antaranya adalah masjid-masjid Muhammadiyah dengan dasar bahwa menjauhi bahaya lebih diutamakan daripada mengambil manfaat. Agama islam memberikan kemudahan atas segala sesuatu yang terjadi kesulitan.

Tetapi ada juga sebagian masjid yang masih tetap di gunakan untuk beraktivitas seperti biasa untuk sholat berjamaah, shalat tarawih, tadarus Al-Quran, dan shalat jumat. kebanyakan dari masjid-masjid Nahdathul Ulama karena memang Desa Sawo ini belum berada di zona merah atau gawat jadi mengikuti fatwa MUI pola peribadatan masih bisa dilakukan seperti biasa dengan tetap menjaga kebersihan.

Selain itu banyak juga masyarakat yang orang biasa menyebutnya sebagai masyarakat “Abangan” di tengah wabah ini mereka melakukan ritual dengan memasang yang biasa dinamai “Tetek Molek”, yang terbuat dari pelepah kelapa yang di lukis menyerupai wajah kemudian diletakkan di depan-depan rumah dengan bertujuan menghindari malapetaka atau penolak wabah Covid19. Mereka menyamakan wabah ini dengan wabah yang terjadi pada zaman nenek moyang dulu yang dikenal dengan sebutan wabah “pagebluk”.

Hal ini banyak menimbulkan perselisihan di antara masyarakat. Ada yang menganggapnya sebagai budaya nenek moyang yang harus dilestarikan, di sisi lain menganggap ritual tersebut merupakan perbuatan yang telah menyekutukan Tuhan. Orang-orang yang meyakini “Tetek Molek” ini beranggapan bisa menjauhkan malapetaka, mereka lebih percaya kepada sesuatu yang dibuatnya sendiri daripada lebih mendekatkan diri kepada Tuhan agar terhindar dari wabah virus ini. Sampai-sampai di sosial media pun juga ramai dihebohkan dengan masyarakat yang saling sindir-menyindir menanggapi hal tersebut.

Akan tetapi hal ini justru juga banyak dimanfaatkan sebagai peluang bisnis dengan berlomba-lomba membuat “Tetek Molek” yang dilukis sebagus mungkin kemudian dijual ke masyarakat.

Perilaku masyarakat seperti ini maka mengarah pada Teori Evolusi Agama August Comte yang kembali pada tahap awal yaitu tahap teologis yang mempercayai adanya roh pada sesuatu yang bisa mengendalikan segala fenomena yang terjadi. Orang-orang ini berada pada pemikiran “kelompok romantik” yaitu ingin kembali kepada model masyarakat tradisional.

Respon berbeda ditunjukkan sebagian masyarakat yang menyikapi pandemi dengan usaha-usaha yang dilakukan dalam peribadatannya serta usaha menjauhi penularan virus sesuai dengan aturan pemerintah maupun fatwa-fatwa agama. Mereka bisa dikatakan berada pada mainstream pemikiran August Comte yang kedua yakni, mereka mencari nilai-nilai baru modernitas dan memimpikan masyarakat Saintifik-Industrial masa depan. Dan mereka bisa dikatakan sebagai masyarakat Positivism August Comte, menganut doktrin yang menyatakan bahwa yang benar hanya pengetahuan yang faktual.

Beragamnya respon masyarakat Desa Sawo Kab. Tulungagung dalam menyikapi pandemi ini justru melemahkan rasa solidaritas di antara mereka. Pro dan kontra yang terjadi justru malah membuat kekacauan, saling tidak suka, saling mencela satu sama lain, dan juga menyebabkan hilangnya persatuan yang justru sangat dibutuhkan dalam menghadapi pandemi ini. Seharusnya dalam kondisi seperti ini masyarakat harus lebih merekatkan persaudaraan, saling mengasihi dan saling mengayomi.

Dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya perbedaan dalam kehidupan beragama, berkeyakinan, bermasyarakat memang tidak bisa dilepaskan. Selama kita bisa mengambil sisi positif seharusnya sudah tidak lagi menjadi masalah. Dengan tidak melupakan prinsip utama kita yakni, Bhinneka Tunggal Ika.

Yusro Na’imatu Faza
Penulis: Yusro Na’imatu Faza
Tentang Saya

DISCLAIMER

  1. Penulis bertanggung jawab penuh atas tulisan (termasuk gambar atau konten lain) yang dikirim dan dipublikasikan di Rumah Sosiologi, kecuali bagian-bagian yang dirubah atau ditambahkan oleh redaksi.
  2. Jika ada pihak yang keberatan dengan konten tulisan (baik berupa teks, gambar atau video) karena berbagai alasan (misalnya, pelanggaran hak cipta, pencemaran nama baik, atau hal lain yang melanggar hukum), silahkan menghubungi kami melalui email rumahsos.id[at]gmail[dot]com.
  3. Lebih lengkapnya, silahkan baca halaman DISCLAIMER

Tentang Kami

Rumah Sosiologi adalah komunitas independen tempat nongkrong para pecinta sosiologi seluruh Indonesia. Jangan lupa follow akun kami untuk mendapat update terbaru:

Ingin berkontribusi?

Hobby nulis? Punya info menarik soal jurnal, ebook, atau apapun yang berkaitan dengan sosiologi? Share donk di sini, daripada ditimbun, ntar basi :D. Baca CARA & PEDOMAN MENULIS.

Cari Artikel di Sini