Solidaritas sosial merupakan suatu hubungan antar individu atau kelompok yang dengan dasar dari perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan dikuatkan oleh pengalaman emosional bersama (Emile Durkheim, Dalam Lawang, 1994:181). Tingkat solidaritas sosial masyarakat Desa Tamanasri tergolong masih tinggi saat pandemic covid-19 ini. Hal ini sesuai dengan teori sosial Emile Durkheim tentang solidaritas sosial. Menurut Emile Durkeim , berdasarkan kerekatan sosial solidaritas sosial dibagi menjadi dua yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organis. Masyarakat desa Tamanasri masuk dalam kategori solidaritas mekanik. Solidaritas mekanik adalah masyarakat paguyuban, yaitu masyarakat yang hubungan antara satu dan lainya sangat akrab, masyarakat yang relative sederhana. Biasanya ditemukan pada masyarakat pedesaan atau masyarakat paguyuban (lukman.blogspot.com/2017/03/).
Dalam penanggulanggan covid-19 masyarakat Desa Tamanasri mengikuti anjuran pemerintah untuk menerapkan social distancing, penggunaan masker dan penyediaan tempat cuci tangan. Masyarakat Desa Tamanasri juga antusias dalam penyemprotan desinfektan. Penyemprotan desinfektan dilakukan di seluruh rumah warga, masjid dan tempat-tempat umum lain yang ada di Desa Tamanasri.
Meskipun ada kebijakan dari pemerintah mengenai sosial distancing, hal itu tidak menghilangkan jiwa solidaritas masyarakat Desa Tamanasri. Tetapi malah meningkatkan jiwa solidaritas masyarakatnya, meskipun ada pembatasan kontak fisik namun rasa empati dan simpati masyarakat semakin meningkat. Masyarakat mau saling mengingatkan tentang bahaya covid 19, serta masyarakat juga mau mematuhi anjuran pemerintah untuk menggunakan masker, tidak berjabat tangan, menghindari kerumunan, rajin mencuci tangan, dsb.
Pemerintah desa Tamanasri juga turut ikut serta dalam penanganggulangan covid- 19. Pemerintah desa melakukan sosialisasi keliling dengan ambulance mengenai covid-19, pembagian masker gratis , serta penyediaan tempat karantina bagi para pendatang dari luar kota. Tidak hanya itu pemerintah desa Tamanasri juga membentuk relawan covid-19 yang terdiri dari kepala desa, perangkat desa, BPD, bidan desa, anggota PKK, karang taruna, RT, tokoh masyarakat, kader desa siaga, kader posyandu. Mereka bertugas untuk melakukan pendataan dan pengawasan terhadap masyarakat desa Tamanasri, terutama bagi para pendatang dari luar kota.
Pelarangan mudik sudah diberlakukan, namun pada kenyataannya masih banyak sekali warga perantau yang mudik. Pada bulan April banyak sekali pendatang dari luar kota. Dengan banyaknya warga rantau yang berada di daerah terjangkit ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga lebaran. Para pendatang itu adalah masyarakat desa Tamanasri yang pergi merantau. Mereka banyak yang kehilangan pekerjaan akibat covid-19, sehingga mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan mereka di perantauan. Hal itu lah yang membuat para pendatang pulang ke kampung halaman. Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan para pendatang itu. Karena mereka di perantauan kehilangan pekerjaan dan tidak adanya biaya untuk bertahan hidup, sehingga hal tersebutlah yang memaksa para pendatang itu untuk mudik.
Berdasarkan laporan relawan covid-19 sudah ada sekitar 180 pendatang, dan diprediksi masih ada sekitar 75 pendatang lagi. Pemerintah desa menghimbau agar para pendatang itu melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Relawan covid-19 melakukan pendataan dan pemantauan terhadap para pendatang. Di masing-masing rumah para pendatang ditempel stiker ODP, hal ini dilakukan untuk menandai orang pendatang yang berstatus ODP. Pemantauan dilakukan selama 14 hari semenjak kedatangan. Pendatang tidak boleh keluar rumah dan kontak dengan siapapun selama pengawasan. Selama pengawasan apabila tidak timbul gejala covid maka pemantauan dinyatakan selesai. Dan jika timbul gejala covid maka bidan desa akan merujuk orang tersebut ke rumah sakit.
Untung saja, para pendatang itu banyak yang mau mengikuti anjuran dari pemerintah desa untuk melakukan isolasi mandiri pasca datang. Namun masih ada juga yang ngeyel untuk tidak mengikuti anjuran dari pemerintah desa. Dan akhirnya orang tersebut didatangi oleh salah satu anggota relawan, orang tersebut diberi arahan dan diberikan edukasi tentang pentingnya karantina bagi pendatang. Awalnya orang tersebut masih ngeyel dan sepertinya tidak mengikuti anjuran dari pemdes. Akhirnya warga masyarakat lain lah yang harus menjauhinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontak fisik .
Pada awalnya masyarakat desa Tamanasri masih ingin melakukan sholat tarawih saat bulan Ramadhan, karena masyarakat menganggap bahwa lingkungan desa Tamanasri masih aman. Namun, setelah adanya pendatang dari luar kota yang jumlahnya banyak anggapan tersebut seketika berubah. Banyak pendatang dari luar kota masuk ke Desa Tamanasri, dan kebanyakan pendatang berasal dari zona merah atau daerah yang terpapar covid-19. Dan pada akhirnya Pemerintah Desa Tamanasri menghimbau untuk melakukan sholat tarawih di rumah masing-masing. Namun, masyarakat masih ada yang melakukan sholat tarawih di masjid. Masyarakat yang sholat tarawih di masjid juga memiliki kesadaran untuk menjaga kontak fisik, selama di masjid masyarakat tidak berjabat tangan setelah selesai sholat. Mereka juga selalu cuci tangan ketika akan dan setelah ke masjid. Adapun yang melakukan sholat tarawih di masjid biasanya adalah masyarakat yang bukan pendatang, masyarakat pendatang tidak diperbolehkan dahulu untuk ikut sholat tarawih di masjid sampai proses pemantauan selama 14 hari selesai. Selain itu masyarakat juga dianjurkan menggunakan alat sholat pribadi dan membawa sajadah pribadi untuk beribadah.
Tradisi saat lebaran juga tidak diperbolehkan selama pandemi covid-19 ini. Tradisi lebaran biasanya berupa takbir keliling, halal bi halal, sungkeman , dsb. Masyarakat dianjurkan untuk melakukan halal bi halal melalui medsos dan tidak boleh kontak fisik. Halal bi halal menurut anjuran pemerintah dapat dilakukan namun hanya melalui online atau via chat melalu whatsapp atau aplikasi sejenisnya.
Dalam menghadapi pandemic covid-19 ini diharapkan masyarakat saling menjaga satu sama lain untuk memutus rantai penyebaran covid-19 ini. Solidaritas sosial sangat perlu ditingkatkan. Kontak fisik saat ini memang sedang dibatasi. Namun, rasa solidaritas empati dan simpati jangan sampai terbatas, tingkatkan rasa solidaritas untuk memutus rantai penyebaran covid 19.
DISCLAIMER
|