Kritik Terhadap Pemikiran Karl Marx: Religion as Alienation dalam Buku “Daniel L. Pals : Eight Theories of Religion”

Eight Theories of Religion (2nd Edition)Eight Theories of Religion (2nd Edition)Judul Buku      : Eight Theories of Religion(2nd Edition)
Penulis             : Daniel L. Pals
Penerbit          
: Oxford University Press
Kota Terbit   
   : New York
TahunTerbit 
    : 23February, 2006
Total Halaman
: 352

 

 Pendahuluan

Daniel L. Pals lahir di South Hollland, Illionis, Amerika Serikat pada 28 Oktober 1946. Ia merupakan anak laki-laki dari Herbert H. dan Margaret B. (Vanderaa) Pals. Daniel merupakan pendidik agama di Amerika dan pernah menerima penghargaan Max Orovitiz University Miami pada tahun 1980, 1984 dan 1990 serta merupakan anggotan American Society Church History di American Academy Religion.

Daniel L. Pals, menempuh pendidikan sarjana pada tahun 1968 di Universitas Calvin dengan jurusan Teologi. Kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan magister seni di Univeritas Chicago pada tahun 1973 dan dilanjutkan dengan pendidikan doktor filsafat di Universitas Chicago pada tahun 1975. Dalam buku Daniel L. Pals yang berjudul Eight Theories of Religion Second Edition membahas delapan teori agama menggunakan pendekatan ilmiah. Dalam buku ini dipaparkan terlebih dahulu teori dan latar belakang munculnya teori tersebut. Kemudian dijelaskan latar belakang pencetus teori, menjelaskan ide-ide utama yang terkandung dalam teori tersebut, hingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari kritik-kritik teori.  Dalam buku Eight Theories of Religion Second Edition, penulis akan membahas satu bab terkait pemikiran Karl Marx Religion as Alienation.

Agama sebagai keterasingan

Pada  akhir hidup Marx, ia telah menerbitakan buku berjudul Das Kapital Volume 1 yang berisi studi kritis yang luas tentang ekonomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Das Capital yang kemudian mendapat perhatian dari orang-orang. Pengaruh Marx semakin berkembang menjadi besar setelahnya. Misalnya saja di Rusia, pengaruhnya berhasil membuat Vladimir Lenin menjadi seorang penganut Marxisme, dan Lenin menjadi kekuatan utama dibalik Revolusi Rusia pada tahun 1917 yang menggulingkan kekaisaran dan mengejutkan dunia.

Pada tahun 1940, Tiongkok juga mengalami guncangan yang sama ketika seorang Marxis lainnya yaitu Mao Zedong memimpin pasukan petani miskin untuk mencapai kemenangan. Ketika pemberontakan serupa muncul di berbagai negara miskin diseluruh dunia, para intelektual di Eropa dan Amerika terpaksa berhadapan dengan visi eksploisif Marx tentang masyarakat dan harus mencoba memahaminya. Beberapa dari mereka sangat tertarik dengan ide-ide Marx sementara beberapa yang launnya menolak dengan tegas. Dalam situasi saat ini, meskipun sistem komunis mulai runtuh, hal yang tidak dapat diabaikan adalah abad Marx meskipun berbeda dengan abad sekarang.

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dari Marx, pertama sebagai pencetus komunisme ia tidak memberikan teori agama tetapi lebih kepada sistem pemikiran yang memiliki karakteristik agama. Meskipun beberapa orang mengaitkan hal serupa dengan psiokoanalisis Freud, pengaruh pandangan Marxis di seluruh dunia jauh lebih besar. Selama beberapa adab, pemikiran Marxis dalam berbagai bentuk telah menjadi filosofi yang dominan di berbagai negara meskipun sekarang hanya sedikit yang masih mempertahankannya setelah runtuhnya komunisme di Eropa dan Uni Soviet. Tulisan-tulisan Marx dianggap sakral oleh beberapa komunis yang disamakan dengan Alkitab bagi orang Kristen yang taat. Komunisme mengusung sistem doktrin dengan intrepretasi resmi. Komunisme memiliki upacara, tempat-tempat yang dianggap suci, dan figur-figur yang dianggap suvi. Selama satu abad terakhir, misi komunisme berhasil mengubah pikiran jutaan orang dan kemudian kehilangan dukungan mereka. Gerakan ini juga terlibat dengan penganiayaan yang lebih mengerikan daripada yang terjadi pada abad pertengahan atau perang agama. Komunisme tidak hanya mengajukan teori politik, sosial, dan ekonomu yang komprehensif tetapi juga menyajikan pandangan menyeluruh tetang kehidupan manusia termasuk filosofi tentang tempat manusia dalam dunia alami, penjelasan tentang sejarah, dan ramalan tentang masa depan.

Kedua, filosofi Marx sangat luas tentang agama tradisional merupakan sebagian kecil dari pemikirannya dan tidak selalu menjadi fokus utamanya. Marx berbeda dalam hal ini dengan tokoh lain seperti Durkheim atau Freud. Pandangan Marx sangat jelas dan tegas serta memiliki pengaruh yang besar dalam dunia modern, terutama dalam masyarakat komunis. Meskipun Marx sering memberikan komentar tentang agama dalam tulisan-tulisannya baik dalam bentuk surat ataupun artikel dengan memberikan komentar umum tentang gereja, sakramen atau praktik keagamaan. Oleh karena itu, bab ini memerlukan pendekatan yang berbeda dimana harus merekonstruksi pandagan Marx tentang agama teutama dari tulisan-tulisannya yang filosofis san sosial dimana ia secara eksplisit membahas subjek ini melalui komentarya dalam bukunya tentang plitik dan ekonomi. Meskipun ada pengecualian, kita masih mengikuti pendekatan yang telah digunakan sebelumnya. Pertama-tama, kita akan menelusuri kehidupan dan latar belakang intelektual Marx kemudian mempelajari kerangka kerja pemikirannya secara keseluruhan.

Latar belakang : Kehidupan, Aktivitas dan Tulisan Marx

Marx merupakan seorang komunisme dan dijuluki sebagai “Bapak Komunis” dan seorang filsuf, sosiolog, sejarahwan, ahli sosiologi dan pakar ekonomi yang juga memliki minat dan perhatian pada agama. Karl Marx atau Karl Heinrich Marx lahir pada 5 mei 1818 di Trier, provinsi Rhine, Prusia Jerman dan meninggal pada 14 maret 1883 di London, Inggris. Karl Marx memulai karirnya dengan menjalankan studi filsafat dan hukum di Universitas Bonn pada 1835. Kemudian Marx melanjutkan pendidikannya di Universitas Berlin. Dia melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar Doktor Filsafat pada 1841 dengan disertasi tentang filsafat demokrit dan epikur. Marx tidaklah mahasiswa yang pintar, waktunya hanya dihabiskan untuk mabuk-mabukan dan bertengkar.

Pada periode awal masa karir Marx sebagai pemikir diantara tahun 1843 dan 1850 saat ia pindah dari Paris ke Brusel dan kemudian kembali ke Jerman, Marx menulis beberapa esai politik dan risalah filosofis yang sangat signifikan. Diantara karya-karya tersebut adalah On the Jewish Question (1843), Toward the Critique og Hegel’s Philosophy of Right : Introduction (1843), Economic and Philosophic Manuscripts (1844),  The Holy Family : Or a Critique of all Critiques (1845) dan lain sebagainya. Dalam tulisan-ulisan ini, ia merumuskan pandangan materialis yang komprehensif tentang sifat dan takdir manusia. Ia juga mengembangkan gagasan-gagasan utamanya tentang sejarah, masyarakat, ekonomi, politik, hukum, moral, filsafat, dan agama. Untuk mendapat gambaran umum tentang pendekatannya dapat melihat moto yang ditampilkan dikepala salah satu surat kabar yang ia suntuk “kritik yang yang terhadap segala yang ada”. Pada periode ini, apa yang ditulis Marx memiliki dampak yang menentukan sisa hidupnya, tetapi ia tidak menulisnya sendirian. Ia bertemu dan bersahabat seumur hidup dengan Friedrich Engels yang merupakan putra dari seorang pemiliki pabrik di Jerman. Engels yang tinggal di Inggris telah mengamati kondisi menyedikan kondisi menyedikan para pekerja pabrik juga mengembangkan pandangan ekonomi dan sosial matrialisme yang sejalan dengan Marx. Pada tahun 1845, Marx dan Engels menemukan sesuatu yang jarang terjadi di kalangan intelektual yang merupakan kolaborasi yang hampir sempurna. Mereka memiliki pemikiran yang mirip tetapi bakat yang berbeda. Marx sebagai pemikir yang lebih orisinal berperan sebagai filsuf dan pemikir mendalam yang seringkali kompleks sementara Engels merupakan seorang penerjemah dan komunikator yang mampu mengungkapkan ide-ide dengan cara yang jelas, langsung dan persuasif. Selama bertahun-tahun mereka mengunjungi pabrik bersama, membagi hasil riset, saling mengkritik ide satu sama lain, menulis bersama untuk mencapai tujuan bersama dan memberikan dukungan serta nasihat kepada partai-partai baru. Pada tahun 1848, mereka menulis Manifesto Komunis yang kemudian terkenal sehingga Marx dan Engels diakui sebagai bapak pendiri “Marxisme” yang dikenal saat ini. Mereka bersama-sama mempromosikan pesan materialime, perjuangan kelas, komunisme, dan revolusi dengan cara yang dulit dilakukan secara individu.

Walaupun masyarakat umum memiliki pengetahuan terbatas tentang mereka, ide-ide “revolusioner” yang dikemukakan oleh Marx dan Engels tidak dirahasiakan dari para penguasa. Pada tahun 1848, ketika revolusi meledak di seluruh Eropa, Marx menjadi orang yang paling dicurigai. Ia ditangkap dan diusir dari Belgia dan kembali ke Jerman untuk ikut serta dalam revolusi yang sedang berlangsung disana. Ia kembali ditangkap dan pada akhirnya dibebaskan dari segala tuduhan di pengadilan. Pada tahun 1849, ia meninggalkan benua Eropa dan pergi ke London untuk menghabiskan sisa hidupnya disana meskipun dalam pengasingan dan kondisi keuangan yang sulit hingga keluarganya kelaparan. Meskipun demikian, ia bekerja tanpa lelah dan melanjutkan studinya dalam bidang ekonomi dan politik. Ia juga sering mengunjungi ruang baca di British Museum yang menjadi tempat favoritnya (yang kini diberi tanda plakat untuk mengenangnya). Selama itu ia menulis dua karya tentang politik revolusioner Prancis, dua karya tentang ekonomi politik serta beberapa karya lainnya tentang sejarah dan teri ekonomi. Dari semua karyanya, Capital (1867) adalah karya yang paling penting yang berisi banyak data faktual dan Marx menerapkannya dalam analisis sosial serta mengintegrasikan pandangannya yang tajam tentang struktur politik dan sosial untuk menunjukkan bagaimana fakta-fakta kegiatan ekonomi mendukung pandangan matrealisnya tentang sejarah dan memberikan panduan menuju masa depan revolusioner yang komunis.

Selama periode tersebut, Marx juga berusaha untuk tetap aktif dalam apa yang ia anggap sebagai perjuangan kelas yaitu perjuangan kaum pekerja melawan kapitalis yang menindas. Ia memberikan nasihat dan bantuan kepada partai-partai sosialis di Prancia dan Jerman. Ia juga memainkan peran kepemimpinan dalam mengorganisir Asosiasi Internasional Buruh yang bertujuan mewakili kepentingan bersama para pekerja tanpa memperdulikan asal negara mereka. Sementara itu, ia menulis Capital yang menjadi buku pertama dari 3 volume yang ia tulis dengan topik tersebut. Ia terus menulis pada dua buku lainnya yang masih berupa manuskrip dan belum selesai dengan judul umum Economics. Sepuluh tahun terakhir hidupnya ia mulai sakit-sakitan dan keuangannya dibantu oleh Engels. Pada tahun 1881, Jenny yang merupakan istrinya meninggal dunia dan dua tahun kemudian Marx meninggal. Ia dimakamkan di London dengan Engels di sampingnya.

Marxisme : Ekonomi dan Teori Perjuangan Kelas

Hanya sedikit pemikir yang menyampaikan teori utamanya dengan kata-kata yang tajam seperti yang dilakukan Marx dan Engels dalam Manifesto Komunis. Sejarah setiap masyarakat yang pernah ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan antar kelas. Orang-orang merdeka dan budak, bangsawan dan kelas pekerja, tuan dan budak, pemilik tanah dan penggarap, pemiliki perusahaan dan pekerja migran, dalam makna yang lain penindas dan yang tertindas selalu berada dalam konflik yang terus-menerus satu sama lain terlibat dalam perselisihan tanpa henti, terkadang tersembunyi, terkadang terbuka, pertempuran yang selalu berakhir dengan perubahan konstitusi masyarakat secara revolusioner atau dengan kehancuran bersama dari kelas-kelas yang saling bersaing.

Pesannya adalah jika ingin memahami makna kemanusiaan dan sejarahnya harus mengakui terlebih dahulu hal yang paling mendasar. Hal yang mendasar adalah sejak kemunculan mansuia pertama dibumi, dorongan mereka bukanlah gagasan-gagasan besar, tetapi masalah-masalah material yang sangat mendasar yaitu kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Ini adalah fakta utama dalam pandangan materialisme tentang sejarah. Setiap individu memiliki kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal. Setelah kebutuhan ini terpenuhi, maka kebutuhan lain seperti dorongan seksual muncul. Reproduksi mengarah pada pembentukan keluarga dan komuitas yang menciptakan keinginan dan tuntutan material lainnya. Kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan mengembangkan apa yang Marx sebut dengan “mode produksi:. Kebutuhan dan kenyamanan hidup harus diproduksi melalui berburu, mengumpulkan makanan, menangkap ikan, menanam tanaman atau melakukan pekerjaan launnya. Selain iyu,, karena orang-orang terlibat dalam pembagian kerja, setiap individu melakukan tugas yang berbeda. Marx meyebutnya sebagai “hubungan produksi”. Sebagai contoh, saya mungkin menjadi tukang perahu sedangkan anda mungkin membuat jaring untuk menangkap ikan. Dalam bentuk masyarakat yang paling awal dan sederhana, Marx menyebutnya sebagai komunisme primitis, baik perahu ataupun jaring pada umumnya dimiliki bersama oleh semua anggota desa dimana setiap individu berbagi segala sesuatu sesuai dengan kebutuha mereka. Bagi Marx, komunisme asli berbasis kesukuan adalah bentuk organisasi yang memungkingkan individu mengalami variasi dalam berpartisapasi dalam pekerjaannya dan tetap menghargai nilai individu. Perubahan terjadi ketika konsep kepemilikan pribadi diberlakukan dan berdampak yang disebut dengan peradaban klasik yang mengubah hubungan produksi. Pembuat perahu dan pembuat jala mulai mengklaik kepemilikan barang yang dihasilkan. Mereka hanya berinteraksi dengan saling menukar produk yang mereka buat dan menjual hasil kerjanya. Setelah itu, beberapa orang memperoleh lebih banyak melalui bakat,tindakan kejahatan atau keberuntungan. Sementara yang lain memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki apa-apa. Selain itu, cara produksi berubah dari beruburu dan mengumpulkan makanan menjadi bertani dan secara kebetulan memiliki properti tanah dan mendapatkan keuntungan besar. Mereka tidak hanya memiliki produk tetapi juga sarana produksi yaitu tanah. Akibatnya pemiliki tanah menjadi tuan sementara yang lain sebagai pembantu. Kepemilikan pribadi dan pertanian menjadi ciri khas peradaban awal membentuk konflik dalam sejarah manusia yaitu pemisahan kelas berdasarkan kekuasaan dan kekayaan dan menciptakan ketidakstabilan sosial secara terus-menerus. Pada abad pertengahan, mode produksi sebagian besar tetap sama yaitu pertanian dan konflik kelas tetap muncul.

Pada tahap akhir perkembangan modern, konflik kelas yang sudah ada sejak dulu tetap ada, tetapi konflik tersebut memperoleh intensitas baru dan warna yang lebih gelap. Kapitalisme modern memperkenalkan sebuah modus produksi baru seperti manufaktur komersial yang membawa perubahan besar dalam hubungan produksi. Pemilik dan pekerja tetap konflik dan menjadi lebih intens. Dengan adanya kegiatan koermsial dan motif keuntungan yang dominan dalam kapitalisme tercipta kekayaan yang besar bagi sebagian orang yaitu kelas menengah yang makmur (berjuasi, mengacu kepada kelas menengah ke atas yang kaya, pemilik dan manajer perusahaan). Disisi lain, para pekerja yang Marx sebut sebagai proletar adalah kaum yang tidak memiliki apapun. Mereka harus menjual tenaga kerja mereka kepada pemiliki dengan upah yang hanya cukup untuk bertahan hidup. Kondisi semakin buruk karena industrialisasi kapitalisme dimana pabrik yang menjadi tempat mereka menghabiskan waktu didepan mesin untuk menghasilkan barang dengan jumlah besar dan keuntungan yang besar, tentu hanya dinikmati oleh pemiliki pabrik. Penyebaran kapitalisme industri ini meningkat konflik kelas yang tinggi. Menuju fase terakhir yang paling menyedihkan yaitu fase kesengsaraan proletar yang marah dimana pekerja melihat revolusi sebagai salah satu harapan mereka. Dengan penuh kebencian, mereka berusaha menggulingkan tatanan sosial dan ekonomi yang menindas mereka, Konfrontasi dan kekerasan menjadi tidak terhindarkan dalam situasi ini karena orang kaya tidak akan menyerahkan kekayaan mereka secara sukarela. Konfrontasi ini tidak dapat dihindari karena didorong oleh kekuatan historis yang kuat yang tidak bisa ditahan oleh satu kelompok, bangsa atau kelas.

Dalam dunia yang demikian, jelas bahwa komunisme memiliki  dua tugas mendasar yaitu pertama, pendidikan yakin menjelaskan realitas ini kepada mereka yang tidak mampu melihatnya. Kedua, tindakan yakni dengan memanggil para proletar di seluruh dunia untuk mempersiapkan revolusi. Seperti suara seorang nabi Ibrani kuno, partai komunis mengutuk negara dan kelas penguasa. Partai ini mendorong para pekerja untuk bersatu mengikuti arus sejarah yang kuat, meningkatkan beban mereka di gelombang perubahan tersebut dan melibatkan diri dalam perjuangan revolusioner. Setelah kehancuran, kebebasan dan perdamaian akan kembali dalam tatanan sosial manusia. Namun untuk mencapai kondisi ideal perlu fase transisi yaitu periode awal yang Marx sebut sebagai “kediktatoran kaum proletar”. Kaum miskin yang sebelumnya tidak memiliki kekuasaan akan sepenuhnya mengendalikan keadaan. Lambat laun, kekuasaan mereka akan berangsur-angsur beralih ke fase sejarah dimana terwujud harmoni manusia yang sejati dan tidak ada lagi pembagian kelas atau kepemilikan pribadi.

Materialisme, Keterasingan dan Dialektika Sejarah

Dalam menjelaskan konsepnya, Marx tidak menciptakan konsep kelas sosial atau perjuangan sosial itu sendiri. Namun ia percaya bahwa ia telah menemukan hubungan antara pembagian kelas sosial dan tahapan perkembangan ekonomi tertentu. Ia melihat bagaimana perjuangan mengarah pada revolusi dan akhirnya menghilangkan kelas-kelas secara keseluruhan dimasa depan. Darimana asal gagasan Marx dan bagaimana ia mengembangkan pandangan yang tidak biasa tentang sejarah manusia yang bergerak menuju masa depan yang bahagia tetapi melalui pertentangan yang semakin pahit dan kejam?

Untuk menjawab pertanyaan yang demkian, perlu mengingat kembali tahun-tahun awal Marx di Berlin dan pengaruh Hegel yang merupakan seorang idealis yang memandang benda-benda material sebagai sesuatu yang sekunder. Ia berbicara tentang “roh absolut” atau “ide absolut” sebagai realitas tertinggi yang disebut oleh orang-orang beragama sebagai Tuhan. Dalam sistem pemikirannya “absolut” ini terus berusaha meningkatkan kesadaran melalui manifestasi dalam bentuk dan peristiwa material. Misalnya seorang arsitek bisa mengekespresikan pikirannya dalam sebuah bangunan yang indah. Namun, realitas material tidak pernah sepenuhnya mampu mencapai yang absolut. Oleh karena itu, setiap kali peristiwa dalam dunia material (Hegel menyebutnya “tesis”), roh menciptakan peristiwa yang berlawanan (antitesis) untuk memperbaikinya. Ketegangan antara keduanya kemudian diselesaikan melalui ketiga yaitu (sintesis) yang menggabungkan elemen-elemen dari keduanya dan menjadi tesis baru untuk rangkaian pertentangan dan penyelesaian berikutnya. Analoginya adalah seorang arsitek yang merancang setiap bangunan baru sebagai perbaikan dari upaya sebelumnya dengan menggabungkan elemen-elemen terbaik dari keduanya. Bagi Hegel, pola ini terjadi dalam skala sosial yang besar. Seluruh budaya, seperti peradaban Yunani klasik atau Eropa Renaisans dapat dianggap sebagai ekspresi tunggal dan absolut yang kemudian melahirkan budaya yang berlawanan sebagai antitesis. Pada akhirnya, keduanya akan bergabung menjadi bentuk peradaban yang lebih kaya dan lebih tinggi yang disebut sintesis. Dalam pandangan Hegel ini, dunia melalui proses yang besar dan beragam dari pergerakan bolak-balik dan hubungan kompleks yang mengikat alam, sejarah, danroh menjadi satu kesatuan yang besar dan utuh. Marx terinspirasi oleh konsep Hegel ini danmengadopsinya ke dalam pemahaman sejarah dan perkembangan sosial manusia. Baginya, pertentangan antara kelas sosial menjadi elemen penting dalam pergerakan sejarah dan menuju revolusi sosial.

Seperti yang telah disebutkan bahwa Mrx menolak idealisme Hegel, tetapi ia tidak menolak konsep keterasingan atau gagasan bahwa sejarah bergerak melalui proses konflik yang luas. Sebaliknya, Marx menggabungkan kedua ide ini dalam materialismenya dan menjadikannya pusat pandangan sejarah manusia. Menurut Marx, sejarah memang merupakan panggung pertarungan yang hebat dan Hegel benar dalam melihat “keterasingan” sebagai inti dari tersebut. Namun, Hegel gagal melihat kedalam keterasingan dan kemajuan sejarah yang tidak berakar pada ide-ide, melainkan pada realitas material dasar kehidupan. Ketika Hegel berbicara tentang keterasingan, terutama pemikiran bagaimana dunia fisik tidak pernah mencapai kesempurnaan seumber spiritualnya yaitu ide atau pkiran absolut.

Menurut Marx, yang terjadi sebenernya adalah sebaliknya yaitu manusia yang konkret, aktual dan bekerja sendirilah yang menciptakan keterasingan mereka sendiri kepada orang lain. Itulah keterasingan yang sebenernya dan sumber ketidakbahagiaan manusia yang sebenanya. Dalam konteks agama, manusia selalu memberikan penghargaan dan pemujaan kepada Tuhan yang seharusnya menjadi milik mereka sendiri. Dalam filsafat, Hegel memberikan semangat absolutnya kepada semya pujian atas apa yang sebenarnya dicapai oleh kerja keras manusia. Bahkan dalam politik, Hegel membuat kesalahan yang sama dengan meihat pemerintaha atau negara modern sebagai ekspresi besar terkini dari semangat absolut dan ia berpandapat bahwa manusia harus menyerahkan kepentingan dan keinginan individu mereka kepada raja atau elit penguasa. Namun, mengapa manusia memilih untuk memberikan semua keagungan kepada Tuhan dan semua kekuasaan kepada raja? bukan karena Tuhan dan raja secara instrinsik pantas menerimanya, tetapi karena ada seustau yang mendasar salah dalam cara berpikir manusia. Pada intinya, manusia menderita karena keterasingan, yakni perasaan mendalam terpisah dari karakter alamiah manusia yang seharusnya. Marx melihat bahwa pemahaman ini melibatkan pemisahan menusia dari hasil kerjanya sendiri dan atribusi terhadap penguasan atau elit yang seharusnya menjadi miliki mereka.

Untuk memahami keterasingan, Marx menjelaskan pentingnya melihat fakta ekonomi sehari-hari terkait pekerjaan setiap individu. Pekerjaan adalah aktivitas bebas manusia yang menciptakan dan mendukung kehidupan sosial mereka di dunia nyata. Seharusnya, pekerjaan ini menjadi pengalaman yang kaya, kreatif, bervariasi dan mrupakan ekspresi dari keseluruhan kepribadian individu namun,tidak terjadi demikian.. Pekerjaan telah menjadi seseuatu yang terpisah dan asing bagi diri sendiri karena konsep kepemilikan pribadi yang berimplikasi negatif. Seperti contoh tukang perahu dan pembuat jala, keterasingan dimulai ketika kita mulai memandang hasil kerja kita sebagai objek yang terpisah dari diri kita sendiri sebagai sesuatu yang terpisah dari ekspresi alamiah kepribadian kita untuk kepentingan komunitas. Sejak saat itu, kita terasing dari objek produksi kita yaitu menjadi sesuatu yang dapat kita jual dan orang lain dapat membelinya. Kita juga terasing dari diri kita sendiri alih-alih mengekspresikan bakat kita. Kita hanya menjadi pekerja sebagai pembuatan komoditas, sesuatu yang bisa kita gunakan untuk pertukaran atau membeli komoditas lain. Pada saat yang sama, pembuat jala semakin terasing dari apa yang Marx sebut sebagai “kehidupan spesies”. Umat manusia terasing dari sesama manusia karena kepribadian kita yang seharusnya menjadi hal yang sangat mansiawi dari diri kita, tidak lagi melibatkan interaksi dan hubungan yang lebih dalam. Kita hanya berurusan dengan pertukaran benda-benda yang kita hasilkan masing-masing. Dalam berbagai bentuk keterasingan, kita menemukan penderitaan yang sebenarnya dari kondisi manusia. Hanya kita keterasingan ini teratasi, kebahagiaan yang sejati bagi manusia akan kembali.

Ekploitasi Tenaga Kerja: Kapitalisme dan Nilai Surplus

Untuk mengatasi keterasingan yang merusak, perlu memahami penyebabnya dan jelas keterasingan semakin buruk dengan kemunculan kapitalisme industri modern. Marx mencoba menjelaskan semua ini dalam bukunya yang berjudul Capital yang terdiri dari banyak halaman. Meskipun tidak mungkin memberikan ringkasan yang singkat terhadap buku tersebut, setidaknya kita dapat melihat maksud Marx tentang tenaga kerja dan nilai yang ada di dalamnya. Ia menjelaskan bahwa nilai suatu barang yang saya produksi atau ingin saya beli berasal dari sejumlah pekerjaan dalam proses pembuatannya. Jika membutuhkan satu hari untuk membuat sepasang sepatu dan dua puluh hari untuk membuat jam yang presisi, maka nilai atau harga jam tersebut adalah dua puluh kali lipat dari harga sepatu. Pembuat sepatu ingin memberi jam, harus membuat setidaknya dua puluh pasang sepatu untuk membeli atau menukarnya dengan jam. Contoh ini memberikan gambaran tentang ekonomi dimana seseorang bekerja untuk menukar harga yang sebanding.

Sayangnya, menurut Marx kapitalisme dan kepemilikan properti lebih berkaitan dengan mencari keuntungan daripada menukar nilai yang setara. Hal ini lebih tentang perdagangan dan investasi untuk menjadi terkaya dan bukan untuk berbagi secara adil. Jika kita bertanya dari mana keuntungan ini berasal hanya ada satu jawaban. Dalam kapitalisme yang paling berharga dari sebuah jam dan sepatu yang membuatnya memiliki nilai adalah kuantitas tenaga kerja manusia yang diinvestasikan di dalamnya, tetapi nilai tenaga kerja ini kurang dihargai. Para pekerja harus menghasilkan barang yang memiliki nilai minimal untuk memperoleh upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Mesin-mesin modern memungkinkan mereka melakukannya dalam waktu yang singkat. Namun mereka masih harus bekerja sepanjang hari bahkan satu harian penuh. Selain itu sering kali seluruh keluarga harus bekerja sepuluh, dua belas atau bahkan lebih lama di mesin-mesin tersebut namun tetap miskin. Mengapa hal ini bisa terjadi? menurut Marx, setiap pekerja menciptakan sejumah besar nilai lebih setiap harinya bagi pemilik pabrik kapitalis. Setealah mereka bekerja untuk mendapatkan upah, mereka terus menciptakan nilai lebih yang kemudian keuntungannya diambil oleh pemilik pabrik. Dengan kata lain, nilai surplus adalah nilai yang tersisa setelah upah pekerja (yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, pakaian dan makanan). Pertanian dan pabrik di Eropa pada masa Marx, para pengelola pabrik akan mengambil keuntungan besar yang dihasilkan dari ratusan atau ribuan pekerja setiap harinya sebagai keuntungan pribadi. Mereka menggunakan euntungan ini untuk membangun properti mewah lengkap dengan pelayan, rubah dan anjing pemburu. Sementara itu, para pekerja terjebak dalam apartemen kecil dan kotor di pusat kota, hidup dalam kebosanan, penyakit dan kelaparan. Namun, Marx menekankan bahwa ketidakdilan ini bukan hanya masalah keserakahan pribadi. Bahkan jika pemilik pabrik tidak menyuaki kehidupan yang mewag dengan peliharaan hewan eksotis, mereka dipaksa berasing di pasar kapitalis untuk menjada bisnis mereka tetap bertahan. Jadi mereka harus menggunakan sebagaian keuntungan yang dihasilkan untuk investasi dalam pabrik-pabrik yang lebih besar yang akan mengeksploitasi lebih banyak pekerja. Sebagai dampaknya, para pemiliki pabrik berusaha menekan biaya agar dapat bersaing dengan pemiliki pabrik lainnya yang mungkin menjual produk dengan harga yang lebih murah. Setiap kapitalis berupaya untuk mengkonsolidasikan semua aspek produksi dalam satu perusahaan yang lebih besar dan lebih efisien dalam bentuk monopoli. Tujuannya adalah agar mereka memperoduksi dan menjual produk dengan harga yang lebih murah. Dampak dari tindakan ini terhadap pekerja akan membuat hidupnya menjadi lebih suram karena posisi mereka lemah dipasar yang sangat kompetitif. Dalam pertumbuhan populasi dan peningkatan efisiensi pabrik, para pekerja menemukan bahwa mereka menjadi banyak dan akan selalu ada cadangan tenaga kerja bagi kaum proletar yang ingin kerja dengan mudah digantikan. Hal yang lebih buruknya lagi bahwa kelebihan pekerja bukanlah masalah yang paling serius. Aturan persaingan yang ketat dalam kapitalisme, dorongan untuk mendapatkan produksi yang lebih besaar dari pekerja mengarah kearah dilema produksi modal yang berlebih. Pemilik pabrik yang berada disituasi yang tidak menguntungkan ini kemudian mengambil pilihan untuk mengurangi produksi sehingga menimbulkan krisis ekonomi yang ditandai dengan PHK (pemutusan hubungan kerja), pemerosotan bisnis, dan pengangguran. Lingkaran setan ini yang membuat kaum proletar putus asa dan seperti itulah Marx menggambarkan keadaan.

Dengan demikian, penderitaan dalam kehidupan ekonomi menciptakan konflik sosial yang akhirnya mengarah pada kehancuran kapitalisme itu sendiri. Ditengah kemerosotan ekonomi, kaum proletar menemukan sesuatu yang penting yaitu mereka tidak kehilangan apapun kecuali rantai mereka. Dari kemarahan dan beban sejarah yang mereka tanggung, para pekerja akhirnya terdorong untuk merencanakan, mengoragnisir, dan bertindak melawan seluruh sistem kapitalis. Ketika saatnya tiba, mereka diperkirakan akan memberontak.

Basis dan Suprastruktur

Menurut Karl Marx sejarah manusia merupakan perjuangan kelas yang dikendalikan oleh kondisi ekonomi dimana orang kaya sebagai pemilik alat produksi sementara orang miskin sebagai buruh. Basis merujuk pada fakta ekonomi dan kekuatan produksi yang menjadi pondasi kehidupan sosial yang menciptakan pembagian kerja, perjuangan kelas dan keterasingan manusia. Sedangkan suprastuktur adalah aspek lain diluar basis dapat berupa politik, budaya, seni, ideologi dan lain sebagainya. Suprastruktur tercipta dari basis berdasarkan kepentingan kelas kalangan atas. Dalam mempertahankan kepenguasaannya kemudian diciptakan pangkalan yang berfungsi sebagai alat pertahanan.

Dalam masyarakat kapitalis yang dibangun atas dasar kepemilikan pribadi yang melahirkan undang-undang tegas tentang pencurian. Misalnya seorang ibu dan anak yang mencuri sepotong roti dari pemilik pabrik yang kaya raya karena kelaparan dapat dipenjara. Pemerintah menciptakan dan membayar polisi untuk menegakkan hukum dan diadili sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

 Meskipun negara menggunakan kekerasan sebagai alat kontrol, otoritas lain dalam struktur budaya melakukan tujuan yang sama dengan menggunakan daya pengaruh. Dalam setiap periode sejarah, pemimpin, teolog, filsuf dan moralis telah membantu mengendalikan orang miskin melalui ceramah, memberi petunjuk tentang apa yang benar dan yang salah. Nilai-nilai kebajikan yang disebarkan tergantung jenis masyarakatnya, karena gagasan-gasan yang dianut oleh kelas penguasa selalu mendominasi dalam setiap zaman. Pada abad pertengahan, ketika pertanian menjadi alat produksi, tanah dimiliki oleh para uskup gereja atau kaum feodal yang mempertahankan kepemilikan mereka melalui budak yang bersumpah untuk melayani mereka. Pada masa itu, moralitas menekankan pada pengabdian gereja seperti ketaatan, kehormatan dan kesetiaan kepada tuan feodal. Dalam masyarakat industri modern, para pemilik modal membutuhkan banyak pekerha yang bisa berpindah-pindah, orang yang tidak memiliki ikatan keluarga dan tidak memiliki status sosial. Maka pada era ini, moto moral yang dominan adalah kebebasan individu dan kesetaraan sosial.

Kritik Terhadap Agama

Penyebutan hal-hal seperti ideologi dan suprastruktur membawa kita pada akhirnya ke ranah agama. Marx mengatakan bahwa agama adalah sebuah ilusi dengan konsekuensi yang jahat. Hal ini merupakan ideologi yang ekstrem tentang sebuah kepercayaan yang tujuan utamanya hanyalah untuk memberikan alasan-alasan untuk menjaga segala sesuatunya tetap seperti yang diinginkan oleh para borjuis. Kritik Karl Marx terhadap agama mengungkapkan bahwa manusia membuat agama, agama tidak membuat manusia. Agama dijadikan alat berkuasa untuk menindas para kaum proletar dengan menjadikannya doktrin agama. Agama menjadi candu yang memiliki makna, masyarakat nyaman dengan keadaan yang dibuat oleh orang-orang yang menyetir doktrin.

Agama menurut Marx adalah ilusi yang diciptakan secara sadar oleh kaum beragama yang memanfataakannya alat penindasan. Agama menjadi penentu berjalannya ekonomi dan menyebar doktrin agar para buruh dan kelas bawah dapat menerima keadaan dan menjadi tidak sadar akan ketertindasan. Kondisi kemiskinan dan penindasan yang dilakukan kalangan atas atau para pemilik modal kepada para buruh dan bawahan membuat mereka semakin miskin dan sengsara. Sedangkan para pemilik modal semakin menguasi ekonomi dan menjadi kaya.

Marx menolak keras terhadap agama sejak ia masih muda dengan deklarasi bahwa ia adalah seorang ateis. Sulit untuk mengetahui dan memastikan sikapnya, faktor-faktor sosial, intelektual dan pribadi berperan didalamnya, Kemungkinan besar ia kesal terhadap ayahnya yang beragama Kristen semaka-mata agar bisa menjaga praktik hukumnya dan dapat masuk kedalam pemerintahan. Penolakan Marx, tidak hanya terbatas pada agama Kristen, namun mutlak terhadap setiap bentuk kepercayaan. Hal ini yang tertulis dalam kata pengantar disertasinya yang mengambil moto Prometheus, pahlawan mitologi Yunani yang berkata “aku membenci semua dewa” dan menambahkan “aku ingin membawa manusia ke sisi dewa”. Sikap penolakan Marx terhadap agama mencerminkan keinginanya untuk membawa manusia menuju kesadaran dan kemerdakaan yang lebih tinggi.

Pada tahun 1841, ia menciptakan sensasi dengan serangan terhadap agama ortodoks dalam karyanya yang berjudul The Essence of Christianity. Karya lainnya tetap berlanjut dan menghebohkan opini publik Jerman terhadap serangan sistem Hegel yang dianggap suci. Poin yang diberikan oleh Feuerbach baik Hegel ataupun istilah keterasingan dan kesadaran adalah kesalahan dimana keduanya membicarakan entitas asing seperti Tuhan atau absolut. Padahal mereka membicarakan tentang kemanusiaan itu sendiri dan tidak lebih dari itu.

Marx mengamati bahwa terdapat kesamaan anatara aktivitas keagamaan dan sosio-ekonomi. Kedua bidang ini ditandai oleh keterasingan. Agama mengambil aspek-aspek moral yang melekat pada kehidupan manusia yang alamiah lalu memberikannya kepada entitas imajiner dan asing yang disebut Tuhan. Dalam ekonomi kapitalis terjadi transformasi yang tidak alamiah seperti kerja produktif yang diubah menjadi objek material yang dapat dibeli, dijual dan dimiliki oleh orang lain.

Dalam kasus agama, sebagian dari kita melepaskan kebajikan, dan rasa harga diri kepada mahluk imajiner. Disisi lain, ekonomi kapitalis membuat kita menyerahkan tenaga kerja tanpa upah untuk mendapatkan hal-hal yang bisa dibeli dengan uang. Seperti agama yang merampas pahala kita sebagai manusia dan memberikannya kepada Tuhan, demikianpula ekonomi kapitalis merampas tenaga kerja kita dan menjadikanya sekedar komoditas.

Keterasingan dalam agama sebenernya hanya merupakan ekspresi dari ketidakbahagiaan yang lebih dasar dan selalu berhubungan dengan ekonomi. Keterasingan yang sebenarnya dan lebih fundamental dalam kehidupan manusia yaitu keterasingan ekonomi dan materi. Agama dalam hal ini memiliki daya tarik yang kuat bagi banyak orang yang dapat memenuhi kebutuhan emosional manusia yang merasa terasing dan tidak bahagia. Kutipan Marx yang terkenal yang dapat dikagumi atau sangat dibenci “penderitaan dalam agama pada saat yang sama juga merupakan ekspresi dari penderitaan yang nyata (ekonomi) dan merupakan bentuk protes dari penderitaan yang nyata. Agama adalah keluhan mahluk yang tertindas, merupakan jantung dari dunia yang tanpa belas kasihan, roh dalam tanpa jiwa. Agama merupakan candu bagi masyarakat”.

Kesimpulan

Pemikiran Karl Marx dapat disimpulkan bahwa Marx menolak agama, mengkritisi agama yang dipergunakan sebagai alat untuk menguasi politik, ekonomi dan bahan mencapai kekuasaan. Ada beberapa kritik Karl Marx terhadap agama yaitu agama sebagai alienasi manusia dari kehidupan realitas dari kehidupan akhirat. Agama menjadi candu bagi masyarakat dan menggunakannya sebagai pelarian karena kenyaman masyarakat terhadap dokrin yag dilakukan segelintir. Untuk menghapus alienasi dan kelas, maka Karl marx berupaya untuk melakukan revolusi dengan menghilangkan kepemilikan dan hak milik kapitalisme. Sehingga tidak ada penindasan kelas dan masyarakat menjadi setara tanpa kelas.

Daftar Pustaka

Daniel L. Pals. Eight Theories of Religion.. New York: Oxford University Press, 2006.

 

Shinta Dewi
Penulis: Shinta Dewi
Tentang Saya
Mahasiswi Program Studi Interdisiplinary Islamic Studies, Konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Follow me on 
 ig24 sntaft_

DISCLAIMER

  1. Penulis bertanggung jawab penuh atas tulisan (termasuk gambar atau konten lain) yang dikirim dan dipublikasikan di Rumah Sosiologi, kecuali bagian-bagian yang dirubah atau ditambahkan oleh redaksi.
  2. Jika ada pihak yang keberatan dengan konten tulisan (baik berupa teks, gambar atau video) karena berbagai alasan (misalnya, pelanggaran hak cipta, pencemaran nama baik, atau hal lain yang melanggar hukum), silahkan menghubungi kami melalui email rumahsos.id[at]gmail[dot]com.
  3. Lebih lengkapnya, silahkan baca halaman DISCLAIMER

Tentang Kami

Rumah Sosiologi adalah komunitas independen tempat nongkrong para pecinta sosiologi seluruh Indonesia. Jangan lupa follow akun kami untuk mendapat update terbaru:

Ingin berkontribusi?

Hobby nulis? Punya info menarik soal jurnal, ebook, atau apapun yang berkaitan dengan sosiologi? Share donk di sini, daripada ditimbun, ntar basi :D. Baca CARA & PEDOMAN MENULIS.

Cari Artikel di Sini