Masa Depan Buruh di Negara Dunia Ketiga

Perubahan global dapat terjadi akibat terintegrasinya antara teknologi, pendidikan, sumber daya alam, ekonomi, budaya, dan sosial. Perubahan tersebut mendukung era modernisasi sehingga memudahkan dalam melakukan proses perubahan secara global. Globalisasi mendorong keterkaitan antara satu negara dan negara lain hingga tak terbatas dan perubahan global dapat terjadi di negara manapun. Jams Petras membagi tiga tahapan perkembangan globalisasi. Fase Pertama, abad ke-15 seiring dengan kapitalisme dan ekspansi pasar mereka keluar negri, penaklukan negeri seperti Asia, Amerika Latin dan Afrika,  dan penduduk kulit putih atas tanah di Amerika Utara dan Australia. Imperialisme sangat mendominasi di di fase petama globalisasi. Fase kedua dikenal dengan era inter imperial trade dimana perdagangan terjadi diantara kaum imperialis. Hubungan diantara kaum imperialis ini membuka kerjasama lokal dalam satu kawasan untuk mendukung kekuatan dominan dalam kawasan tersebut. Fase ketiga yaitu fase international trade dimana terjadi perdagangan internasional. Fase ketiga ini telah membuat komoditas dari jaringan pasar global maupun regional yang mewarnai kelas karakter sebua kelas pada globalisasi (Pontoh, 2003).

Globalisasi merupakan sebuah kelanjutan, globalisasi membentuk sebuah intensif dan dipercepat dari tantangan yang sudah termodernisasi. Budaya yang ditimbulkan oleh globalisasi dan akibat teknologi memberikan tantangan baru bagi pluralisme. Kehancuran sebuah tradisi akan diangap sebagai hal biasa saja karena telah memiliki berbagai pilihan budaya baru. Hal ini menjadi tantangan bersama baik individu maupun kolektif (Barger, 2002). Kebudayaan yang dibentuk oleh globalisasi memberikan banyaknya pilihan kepada para konsumen, sehingga globalisasi membentuk budaya baru untuk ditiru dan menggiring konsumen untuk membeli kebutuhan agar dapat mengikuti trend globalisasi, dan negara yang dituju merupakan negara dunia ke tiga, yang dimana pasar mudah masuk untuk melakukan perdagangan. 

Persaingan internasional yang disebabkan oleh perdagangan dapat berdampak baik dampak positif atau negatif terhadap perkembangan teknologi. Perdagangan dapat mengerahkan efek tarikan pasar pada teknologi dan inovasi. Untuk bersaing dipasar internasional, produsen harus mampu bersaing setidaknya dalam satu bidang, misalnya seperti biaya rendah atau kualitas produk yang tinggi. Sebuah solusi potensial telah selesai peningkatan teknologi. Seringkali, hal ini berarti bahwa produsen harus melakukan hal tersebut inovatif atau mampu mengadopsi teknologi tepat guna. (ESCAP, 2018). Perusahaan industry fashion Zara, mereka membuat produk yang inovatif dan unik, dengan produk yang dibuat secara cepat dan tepat waktu dengan bantuan teknologi, menjadikan Zara mempunyai keunggulan yang kompetitif dan menjadi pemimpin dalam industry (Kushagrasaxena, 2021).  Teknologi yang digunakan era globalisasi ini memberikan pengaruh pada produk baru, serta informasi sesuai dengan kebutuhan konsumen yang dimana akan berubah secara terus menerus sehingga konsumen tidak merasa jenuh.

Globalisasi membuat sistem kebebasan dan kemudahan serta peluang bagi perusahaan untuk menanamkan modal, begitu juga dengan ekspor impor barang di negara dunia ke tiga. Kegiatan ekspor impor barang dirasa baik karena akan meningkatkan standar pekerjaan, begitupula hasil upah yang diberikan pada pekerja buruh akan lebih tinggi dan dapat menaikan drajat kemanusiaan. (Wolf, 2007). 

Namun perlu disadari dengan dampak baik yang diberikan oleh globalisasi ternyata memakan banyak korban, salah satunya adalah pekerja buruh yang berada di negara dunia ketiga. Era Globalisasi dikritik oleh pandangan sosialis bahwa tindakan yang dilakukan oleh organisasi dan perusahaan kapitalis merupakan hubungan untuk membangun kepentinganya sendiri. Kritik yang dilontarkan ialah “para pedagang mengumpulkan milyaran dolar laba dan membayar atau melaratkan para pekerja”, pembelaan oleh globalisasi terkait dengan perubahan global tidak begitu memperhatikan pentingnya ketidakadilan sosial di dunia (Petras & Veltmeyer, 2001a). Kaum sosialis mengatakan bahwa globalisasi ekonomi tidak ramah bagi kaum buruh, para pengusaha akan melindungi dirinya sendiri dengan sistem kapitalisnya dan para pengusaha gagal dalam melindungi kebutuhan rakyat dan pekerja (Sugihardjanto, 2003). 

Jurang antara orang kaya dan orang miskin terbentuk secara cepat. Begitu juga dengan pembeda sekat antara negara maju dan negara berkembang., secara umum hal tersebut mengakibatkan tidak meratanya pendistribusian keuntungan dan kerugian didalam pasar bebas (Khor, 2002). Area konflik kelas  merupakan salah satu penyebab globalisasi dan mengakibatkan konflik perdagangan. Perusahaan multinasional menjadi agen utama globalisasi yang mana posisinya adalah mengeksploitasi para pedagangan bawah dan mengisap sumber daya alam dan tenaga kerja oleh perusahaan multinasional di negara dunia ke tiga. (Pontoh, 2003)

Globalisasi menurut sayap kanan menjawab produktivitas para pekerja akan berkorelasi positif terhadap tingkat pendapatanya, namun degan fenomena tersebut kaum sayap kiri menjawab rendahnya produktivitas pekerja akan meningkatkan kemlaratan kaum buruh di negara dunia ketiga. Pasar bebas telah membangun industri yang besar dan berpengaruh dalam menekan upah para pekerja (Petras & Veltmeyer, 2001b).

Kapitalisme menyebar dimana saja dan dalam bentuk apapun, artinya lawan kapitalisme bukanlah negara atau sebuah wilayah namun kelas atau golongan seperti kelas pekerja buruh, kaum tani dan kelas lainya yang berlokasi didalam sturktur kapitalis tersebut (Petras & Veltmeyer., 2001). Globalisasi menciptakan rantai ketergatungan dimana mekanisme keuntungan para elit diperoleh dari eksploitasi eksternal untuk menerima keuntungan dan mengabaikan kedaulatan ekonomi. Satu-satunya cara memutus tali ketergantungan adalah dengan membangun potensi kekuatan dari kelas bawah yang termarjinalkan akibat ketimpangan keuntungan yang tidak adil dan menjadi korban ekploitasi. (Sztompka, 2004). Pengaruh yang diberikan oleh kemajuan teknologi pada masa globalisasi ini selain ketertidasan pada buruh, yaitu dapat menghilangkan pekerjaan para buruh dengan cara pekerjaan yang awal mula dikerjakan oleh buruh digantikan oleh teknologi (Schulte & Howard, 2019).  

Ketertindasan, eksploitasi, pada kaum pekerja, ketidakadilan hak yang mereka dapatkan, dan perampasan pekerjaan merupakan bentuk-bentuk yang tidak pernah terfikirkan oleh pemilik modal. Pekerja buruh yang terekploitasi dalam pekerjaan maka dapat teralienasi di lingkungan sekitar, dan tidak dapat mengambil hak kesejahteraan mereka. Sistem yang telah sengaja dibuat oleh kaum kapitalis untuk mengumpulkan kekayaan mereka sudah mereka desain dengan baik. 

Harapan kedepan dalam menghadapi perubahan global dan teknologi  pekerja buruh harus lebih kritis dalam menanggapi arus globalisasi terutama pada kerja-kerja yang mereka lakukan sebagai seorang buruh, jika tidak maka para pekerja buruh hanya dapat tergerus dalam ombak pembangunan kapitalis yang dengan siap mereka untuk ditindas dan dieksploitasi. Selama para pemilik modal masih memiliki sifat untuk menjadi seorang pengumpul kekayaan, maka globalisasi dan teknologi tidak akan menjadi harapan yang baik bagi para pekerja buruh terlebih di negara dunia ketiga. 

 

DAFTAR PUSTAKA

Barger, P. L. (2002). Many Globalization: Cultural Deversity in the Contemporary World (First). Oxford University Press.

ESCAP. (2018). Leveraging technology and trade for economic development. Economic and Social Commission for Asia and the Pacific, 00824(June), 1–19.

Khor, M. (2002). Globalization and the south: Some Critical Issues (AB.Widyaanta & S.

Siane (eds.); Pertama). Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.

Kushagrasaxena. (2021). Case Study on Zara:Revolutionizing Fast Fashion Retail. Medium.Com. https://medium.com/@kushagrasaxena261/case-study-on-zararevolutionizing-fast-fashion-retail-8e6bbc5cd10c

Petras, J., & Veltmeyer., H. (2001). Globalization Unmasked (Pertama). Cakra Nusantara.

Petras, J., & Veltmeyer, H. (2001a). Globalization Unmasked (Cakra Nusantara (ed.); Pertama). Cakra Nusantara.

Petras, J., & Veltmeyer, H. (2001b). Globalization Unmasked (Pertama). Cakra Nusantara.

Pontoh, C. . (2003). Akhir Globalisasi Dari Perdebtan Teori Menuju Gerakan Massa (A.

Sopian (ed.)). C-BOOKS.

Schulte, P., & Howard, J. (2019). he impact of technology on work and the workforce.

Ilo.Org.

https://www.ilo.org/safework/events/safeday/33thinkpieces/WCMS_681603/lang-en/index.htm

Sugihardjanto, A. (2003). Globalisasi Prespektif Sosialis (C. Book (ed.); Pertama). C-

BOOKS.

Sztompka, P. (2004). The Sociology of Social Change (Alimandan (ed.); Pertama).

PRENADAMEDIA GROUP.

Wolf, M. (2007). Globalisasi jalan menuju kesejahteraan (Samsudin Berlian (ed.); Pertama).

Yayasan Obor Indonesia.

Penulis: Afina Rahma Hadiyati
Tentang Saya

DISCLAIMER

  1. Penulis bertanggung jawab penuh atas tulisan (termasuk gambar atau konten lain) yang dikirim dan dipublikasikan di Rumah Sosiologi, kecuali bagian-bagian yang dirubah atau ditambahkan oleh redaksi.
  2. Jika ada pihak yang keberatan dengan konten tulisan (baik berupa teks, gambar atau video) karena berbagai alasan (misalnya, pelanggaran hak cipta, pencemaran nama baik, atau hal lain yang melanggar hukum), silahkan menghubungi kami melalui email rumahsos.id[at]gmail[dot]com.
  3. Lebih lengkapnya, silahkan baca halaman DISCLAIMER

Tentang Kami

Rumah Sosiologi adalah komunitas independen tempat nongkrong para pecinta sosiologi seluruh Indonesia. Jangan lupa follow akun kami untuk mendapat update terbaru:

Ingin berkontribusi?

Hobby nulis? Punya info menarik soal jurnal, ebook, atau apapun yang berkaitan dengan sosiologi? Share donk di sini, daripada ditimbun, ntar basi :D. Baca CARA & PEDOMAN MENULIS.

Cari Artikel di Sini