Pemberian Label, Salah Satu Penyebab Seseorang Melakukan Penyimpangan

Teori Labelling yang dikemukakan oleh Edwin M. Lemert menyatakan bahwa seseorang yang diberi cap sebagai seorang penyimpang (deviant) akan cenderung melanjutkan perilaku menyimpang tersebut. Salah satu penyebab berlanjutnya tindakan penyimpangan di masyarakat adalah adanya pemberian label. Pemberian label membuat seseorang merasa bahwa dirinya merupakan orang yang buruk atau setidaknya dinilai buruk oleh masyarakat. Hal ini menurunkan semangat bahkan menghilangkan motivasi seseorang untuk menjadi orang yang lebih bisa diterima di masyarakat.  

Pemberian julukan bukan merupakan kontrol sosial yang efektif. Pemberian julukan justru menimbulkan masalah baru yang lebih besar. Banyak orang berpikir dengan memberikan julukan kepada seseorang bisa memotivasi orang tersebut untuk berperilaku lebih baik, padahal hal tersebut merupakan pemikiran yang keliru. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah penelitian yang pernah dilakukan terhadap para pelaku kriminal di mana orang yang diberikan julukan sebagai pelaku kriminal mengulang kembali tindakan kriminal yang semula ia lakukan. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai permasalahan ini, perlu kita garis bawahi terlebih dahulu bahwa seseorang melakukan tindakan penyimpangan pasti memiliki sebab-sebab tertentu.

Terkadang orang hanya menilai seseorang dari baik atau buruknya tindakan yang dilakukan padahal, sesuatu yang dilakukan pasti dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman seorang individu. Dalam ilmu Psikologi, kita mengenal istilah psikoanalisis. Tindakan seseorang adalah hasil dari alam bawah sadar seseorang yang dibentuk dari pengalaman. Tindakan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal seperti pengalaman seseorang, kondisi neurologis hingga bentukan sosial. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita memilih untuk memahami dibandingkan dengan memberikan label kepada orang yang berperilaku menyimpang.

Kita sebagai manusia, tentunya kita sudah menyadari hal tersebut baik secara sadar atau tidak. Tetapi sangat sulit bagi kita untuk memahami dan memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang tersebut. Dengan mudah kita memberikan cap negatif kepada orang lain atas perbuatan yang tidak kita sukai dari mereka. Alhasil, perilaku menyimpang mereka menjadi semakin menjadi dan sulit dikontrol. Pemberian label tidak hanya bisa dilakukan dengan ucapan semata. Jika kita memperlakukan orang lain dengan buruk, hal tersebut juga bisa dikategorikan sebagai pemberian label. Dengan diperlakukan dengan buruk, seseorang menginternalisasi bahwa ia merupakan orang yang tidak layak diperlakukan dengan baik sehingga perilakunya menjadi menyimpang.

Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa pemberian label bisa menyebabkan perilaku menyimpang? Jawabannya adalah karena manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan penerimaan. Manusia melakukan sesuatu saat berinteraksi di masyarakat pasti memiliki tujuan. Tujuan utama  dari perbuatan kita adalah agar kita bisa diterima dan dihargai martabatnya di masyarakat. Jika manusia tidak diterima dengan baik, ia merasa perbuatan dan usaha yang telah dilakukan merupakan hal yang sia-sia. Perasaan ini yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk tetap melakukan perilaku memyimpang.

Dalam dunia Psikologi, kita mengenal istilah self fulfilling prophecy yang memiliki arti bahwa orang akan berperilaku sesuai dengan asumsi yang kita buat atas orang tersebut. Hal ini dikarenakan asumsi kepada seseorang memengaruhi tindakan kita terhadap orang tersebut. Selanjutnya, kita mengenal istilah pygmalion effect yang artinya jika kita memberikan asumsi yang baik terhadap seseorang, seseorang tersebut akan cenderung menjadi orang yang baik di hadapan kita. Melihat kedua istilah di atas, bisa kita simpulkan bahwa sudah sebaiknya kita tidak memberikan cap negatif terhadap orang lain. Sebagai mahluk sosial, sudah sepantasnya kita saling mendukung, bukan saling memberikan penilaian yang bersifat menghancurkan. Penilaian mengenai baik atau buruk yang ada di masyarakat memang secara langsung berkaitan dengan nilai dan norma sosial tetapi satu hal yang harus kita garis bawahi, nilai dan norma bisa berubah seiring dengan perkembangan zaman.

                            

Stephani Thalia Susanty
Penulis: Stephani Thalia Susanty
Tentang Saya
Penulis adalah salah satu mahasiswi dari FH Maranatha Bandung angkatan 2018 yang memiliki hobi menulis. Bidang kesukaan penulis adalah Psikologi dan Sosiologi

 

Find me on 
 ig24 stephanithalias

DISCLAIMER

  1. Penulis bertanggung jawab penuh atas tulisan (termasuk gambar atau konten lain) yang dikirim dan dipublikasikan di Rumah Sosiologi, kecuali bagian-bagian yang dirubah atau ditambahkan oleh redaksi.
  2. Jika ada pihak yang keberatan dengan konten tulisan (baik berupa teks, gambar atau video) karena berbagai alasan (misalnya, pelanggaran hak cipta, pencemaran nama baik, atau hal lain yang melanggar hukum), silahkan menghubungi kami melalui email rumahsos.id[at]gmail[dot]com.
  3. Lebih lengkapnya, silahkan baca halaman DISCLAIMER

Tentang Kami

Rumah Sosiologi adalah komunitas independen tempat nongkrong para pecinta sosiologi seluruh Indonesia. Jangan lupa follow akun kami untuk mendapat update terbaru:

Ingin berkontribusi?

Hobby nulis? Punya info menarik soal jurnal, ebook, atau apapun yang berkaitan dengan sosiologi? Share donk di sini, daripada ditimbun, ntar basi :D. Baca CARA & PEDOMAN MENULIS.

Cari Artikel di Sini