Generasi Z merupakan generasi yang lahir dengan rentang waktu 1996-2012. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi ini lebih beruntung. Perkembangan teknologi yang sangat cepat membawa generasi ini memiliki banyak kesempatan serta pilihan untuk mengakses interenet 3-5 jam perhari atau bahkan lebih. Dari main game, akses internet, dan mencari informasi di media. Lewat media sosial mereka tak hanya memiliki teman di dunia nyata tetapi juga di dunia maya, teman generasi ini tak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri. Nah dengan banyaknnya teman dan juga kemudahan komunikasi akankah generasi ini menjadi generasi yang terbuka?.
Nyatanya dengan kemudahan tersebut aktivitas sosial generasi ini menjadi lebih privat. Tegur sapa,ngobrol, ngerumpi atau sekedar untuk berkelakar intensitasnya menurun. Tetapi ini menjadi terbalik tatkala aktivitas mereka di dunia maya, keasyikan dalam dunia maya serta kenyaman yang ditawarkan dalam dunia maya menjadikan hal yang bersifat privat menjadi konsumsi publik. Contoh; ketika suasana hati yang tak menentu dan akhirnya mencurahkan sebagian isi kegalauan tersebut di medsos dan seketika itu ada teman di medsos yang menanggapi lewat like maupun comment seketika itupun cerita yang semestinya wilayah privat akhirnya menjadi konsumsi publik dan menjadikannya tidak mempunyai wilayah privat.
Nah dengan intensitas waktu yang digunakan mengakses internet, tak pelak medsos menjadi referensi utama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta informasi keislaman. Ya... mungkin hanya berapa persen buku serta dunia sosial berperan memberi sumber ilmu pengetahuan pada generasi ini. Kemudahan serta kebebasan menetukan pilihan untuk mencari sumber ilmu pengetahuan lewat media sosial menjadikan generasi ini rapuh dalam memahami agama. Hilangnya referensi serta preferensi dalam beragama menjadikan generasi ini dangkal memaknai agama serta minim akan sikap toleransi. Bagamaina tidak, referensi yang ia pahami hanyalah referensi digital yang sifatnya lompatan-lompatan dan terputus sehingga pemahamannya pun menjadi setengah setengah. Misal; kata yang populer dikalangan umat muslim saat ini yaitu Jihad di jalan Allah yang maknanya di sederhanakan bahwa jihad adalah perang melawan yang bukan muslim.
Mungkin ceritanya akan berbeda jika generasi ini memiliki refrensi yang otentik serta pemahaman yang rigid. Kitab suci serta kitab lainnya yang memiliki jenjang-jenjang tersendiri untuk memahaminya. Misal dalam islam selain ajaran ajaran yang termaktub dalam Alquran ada banyak kitab lainnya seperti tauhid(konsep dalam aqidah islam yang menyatakaan keesaan Allah), fikih (bidang ilmu dalam syariat islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatuur berbagai aspek kehidupan manusia, berasyarakatmaupun kehidupan manusia dengan Tuhannya), dan kitab lainnya yang mengatur sendi keagamaan.
Pemahaman yang setengah ini menjadikan preferensi beragama tiap masing masing individu menjadi orang yang paling suci, merasa menjadi orang yang berhak atas agamaNYA, merasa menjadi orang yang berhak atas SurgaNYA dan pada akhirnya menjadikan generasi ini mengalami distorsi toleransi.
DISCLAIMER
|