Ketika hendak diterapkan kepada masyarakat secara kolektif, sesungguhnya muncul kendala yang tidak mudah dalam psikoanalisis, yaitu siapa yang dapat secara sah menjadi analis (ia harus paling sehat dan yang lain “gila”)? Persoalan ini berkaitan dengan pertanyaan lain: siapa yang berhak dianggap normal di tengah masyarakat yang dicurigai abnormal? Karena pertanyaan normal dan tidak normal sesungguhnya adalah persoalan konstruksi sosial.
Di titik ini, Habermas mengalami kemacetan. Oleh sebab itu Habermas lalu beralih dari kritik ideologi (psikoanalisis) ke diskursus. Dalam diskursus, setiap orang diperlakukan secara sejajar, egaliter, tanpa menuduh gila atau mengaku sehat.
DISCLAIMER
|