Habermas dan Hermeneutika Kritis

Ketika hendak diterapkan kepada masyarakat secara kolektif, sesungguhnya muncul kendala yang tidak mudah dalam psikoanalisis, yaitu siapa yang dapat secara sah menjadi analis (ia harus paling sehat dan yang lain “gila”)? Persoalan ini berkaitan dengan pertanyaan lain: siapa yang berhak dianggap normal di tengah masyarakat yang dicurigai abnormal? Karena pertanyaan normal dan tidak normal sesungguhnya adalah persoalan konstruksi sosial.

Di titik ini, Habermas mengalami kemacetan. Oleh sebab itu Habermas lalu beralih dari kritik ideologi (psikoanalisis) ke diskursus. Dalam diskursus, setiap orang diperlakukan secara sejajar, egaliter, tanpa menuduh gila atau mengaku sehat.

DISCLAIMER

  1. Penulis bertanggung jawab penuh atas tulisan (termasuk gambar atau konten lain) yang dikirim dan dipublikasikan di Rumah Sosiologi, kecuali bagian-bagian yang dirubah atau ditambahkan oleh redaksi.
  2. Jika ada pihak yang keberatan dengan konten tulisan (baik berupa teks, gambar atau video) karena berbagai alasan (misalnya, pelanggaran hak cipta, pencemaran nama baik, atau hal lain yang melanggar hukum), silahkan menghubungi kami melalui email rumahsos.id[at]gmail[dot]com.
  3. Lebih lengkapnya, silahkan baca halaman DISCLAIMER

Tentang Kami

Rumah Sosiologi adalah komunitas independen tempat nongkrong para pecinta sosiologi seluruh Indonesia. Jangan lupa follow akun kami untuk mendapat update terbaru:

Ingin berkontribusi?

Hobby nulis? Punya info menarik soal jurnal, ebook, atau apapun yang berkaitan dengan sosiologi? Share donk di sini, daripada ditimbun, ntar basi :D. Baca CARA & PEDOMAN MENULIS.

Cari Artikel di Sini